DEPOK – Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia merancang naskah khotbah untuk disampaikan khotib saat salat Jumat. Naskah tersebut dibuat KPAI agar ceramah salat Jumat bisa mengusung isu perlindungan anak.
Ketua KPAI Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan permasalahan anak sudah sedemikian parah di Indonesia. Bila hanya melakukan sosialisasi secara legal formal, tidak cukup untuk mencegah tindak kekerasan dan permasalahan terhadap anak.
“Perlindungan anak harus melibatkan instrumen agama dan agamawan,” kata Asrorun saat mengadakan Workshop Penyelenggaraan Perlindungan Anak kepada guru agama kampus dan pondok pesantren di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jumat, 15 April 2016.
Asrorun menuturkan pendekatan agama sangat perlu untuk membantu mengusung perlindungan anak. Soalnya, para pemuka agama dekat dengan masyarakat yang berada di akar rumput. Mereka bisa berdialog dengan masyarakat untuk mencegah kekerasan dan permasalahan terhadap anak yang ada di lingkungan mereka.
“Pemuka agama merupakan center of excellent yang berhadapan dengan masyarakat,” ucapnya.
Selain itu, menurut Asrorun, perlu ada komitmen pemimpin tertinggi untuk mengatasi permasalahan anak yang sudah begitu kompleks. Sebab, pemenuhan hak dasar anak tidak boleh satu sektor saja.
Nasrorun berpendapat, semua pihak, dari pemuka agama, dinas kesehatan, masyarakat, institusi pendidikan, instansi sosial, hingga pembuatan perlindungan khusus untuk anak, harus terlibat. “Mereka harus menjadi satu rangkaian dalam pola pengasuhan anak yang baik.”
Menurut dia, kontrol lingkungan, tayangan televisi, dan game yang berkonten tidak layak menambah permasalahan anak. Bahkan banyak tayangan yang bersifat destruktif. “Ini masalah sudah extraordinary. Tayangan televisi sudah miskin makna, hura-hura. Acara anak-anak tapi menampilkan perilaku destruktif,” ujar Nasruron.
KPAI menyebutkan ada kenaikan jumlah pengaduan kekerasan dan keterlibatan anak terhadap masalah hukum sebesar 15 persen pada 2016. Total per triwulan tahun ini sudah mencapai 645 kasus yang dilaporkan ke KPAI.
