100% Anak Pernah Melihat Konten Pornografi

BANDUNG, (PR).- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Maria Advianti mengatakan, hampir 100 persen anak sudah melihat materi pornografi. Orangtua yang memberikan gawai (gadget) kepada anaknya adalah salah satu penyebabnya. Maria mengungkapkan itu dalam seminar “Sekolah dan Madrasah Ramah Anak” di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa 21 Februari 2017.

Menurut Maria, orangtua bahkan memberikan gawai kepada anaknya yang masih berusia setahun dengan alasan agar bisa tenang dan tak rewel. “Anak akhirnya bermain dengan gawai dan makin lama akhirnya bisa membuka dunia maya. Dunia ini jauh lebih luas daripada sebuah mal dan anak akan susah keluar dari dunia maya maupun dunia game,” ujarnya pada seminar yang digagas Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Indonesia (IGTKI) Kabupaten Bandung itu.

Padahal, orangtuanya sendiri tidak paham lebih jauh soal dunia maya dan game ini bahkan relatif “gaptek” (gagap teknologi). “Kalau berbelanja di mal, orangtua selalu mendampingi bahkan memegang tangan anaknya. Namun, mengapa dunia maya dan dunia game yang jauh lebih berbahaya orangtua tidak mendampingi saat anak bermain?” katanya.

Dia mengimbau kepada orangtua agar tidak dengan mudah memberikan gawai kepada anak-anaknya. “Perhatikan usia dan kematangan kepribadian anak kita sehingga tidak asal memberikan gawai,” ucapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Juhana, menegaskan, jangan sekali-kali pengelola sekolah maupun madrasah menyebut dirinya sebagai lembaga pendidikan kalau tidak ramah anak.
“Apalagi bapak pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara menyebut lembaga Taman Siswa karena menginginkan lembaga pendidikan layaknya taman yang menyenangkan. Saya masih menemukan adanya sekolah yang tak ramah anak karena adanya penistaan kepada siswanya,” katanya.

Menurut Juhana, di sekolah sering terjadi hal-hal yang tak menyenangkan bagi anak seperti adanya perisakan (bullying) bahkan pelecehan seksual. “Yang ironis apabila pelecehan seksual dilakukan oknum guru, padahal guru merupakan tokoh di sekolah untuk memberikan rekaman yang baik kepada para siswa,” ujarnya dalam acara yang dibuka Bupati Bandung, Dadang M. Naser.

Dia menambahkan, merujuk kepada ajaran Islam anak lahir dalam keadaan suci sehingga tergantung orangtua dan lembaga pendidikan untuk mengisinya. “Anak bukanlah orangtua dalam bentuk kecil yang harus dipaksa untuk berperilaku seperti orang dewasa. Jangan sampai kita menghardik anak kalau tidak mau menuruti keinginan kita,” katanya.

Exit mobile version