Aksi Pelajar Klithih yang Merenggut Nyawa Jadi Perhatian Nasional

JOGJA- Aksi Klithih yang terus terulang di DIY mendapat perhatian khusus dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Wakil Ketua KPAI, Susanto mengatakan ada beberapa kasus kekerasan di DIY yang melibatkan pelajar dan menjadi perhatian nasional, mulai dari pembunuhan siswi di Kalasan, Sleman. Kemudian penganiayaan, bullying, hingga pembacokan yang berujung maut.

“DIY cukup banyak kasus kekersan pelajar yang mencuat dan menjadi bahan diskusi kita secara nasional,” kata Susanto.

Pihaknya akan terus memantau perkembangan penanganan kasus yang melibatkan anak.

Ia meminta Pemda DIY punya ketegasan menangani kekerasan anak karena daerah sudah memiliki kewenangan penuh membuat kebijakan sebagaimana tertuang dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, termasuk kebijakan pencegahan kekerasan.

Susanto berpendapat ada beberapa penyebab terjadinya kekerasan pelajar, namun yang sering terjadi tidak lepas dari persoalan kurang perhatiannya orangtua pada anak sehingga anak merasa nyaman diluar rumah. Kemudian adanya geng-geng sekolah dan indoktrinasi alumni sekolah juga cukup mempengaruhi perilaku adik-adik kelasnya.

Ilham Bayu Fajar, 17, pelajar SMP PIRI meninggal dunia setelah ditikam di Jalan Kenari pada Minggu dini hari lalu. Polisi sudah menangkap delapan remaja, enam di antaranya sudah ditetapkan sebagai tersangka penyebab meninggalnya Ilham.

Jogja Police Watch (JPW) mencatat sejak 2016 sampai awal 2017 ini sudah ada delapan kasus kekerasan yang melibatkan pelajar. Sebelumnya juga Adnan Wirawan Ardianto, pelajar Muhammadiyah juga meninggal setelah dianiaya pelajar dari sekolah lain. Kasusnya baru selesai tiga bulan lalu di Bantul.

Akhir Agustus tahun lalu, kasus pembacokan juga merenggut nyawa Adnan Hafid Pamungkas, yang terjadi di jalan Ring-road Barat Salakan Trihanggo Gamping, Sleman. Selan menewaskan korban, dua teman pelaku yang tidak terlibat tewas karena diamuk massa.

Kepala Divisi Humas JPW, Baharuddin Kamba meminta aparat untuk kembali menggiatkan patroli rutin di lokasi-lokasi yang menjadi tempat tongkrongan para pelajar, terutama pada Sabtu-Minggu.

“Kalau melihat waktu peristiwa klithih kebanyakan terjadi pada Sabtu malam sampai Minggu dini hari. Waktu-waktu tersebut perlu menjadi perioritas untuk dilakukan razia secara rutin,” tandas Kamba.

Exit mobile version