Marak Kasus Kekerasan Anak Karena Masyarakat Ibukota Kurang Sosial

kekerasanJakarta – Maraknya kasus kekerasan pada anak akhir-akhir ini disebabkan karena menurunnya rasa sosial di antara warga. Masyarakat, khususnya di kota-kota besar cenderung cuek dan enggan bersosialisasi. Karena rasa antisosial itulah, maka kekerasan pada anak kerap terjadi.

“Faktanya kekerasan terhadap anak itu muncul dari lingkungan domestik, misalnya ketika seorang tetangga tahu ada orang tua yang melakukan kekerasan pada anak namun karena cuek dia tidak menghiraukannya,” ujar Komisioner Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Ni’am saat berbincang dengan detikcom, Minggu (3/3/2013).

Oleh karena itu KPAI mengimbau agar sosialisasi antar tetangga harus dikembalikan ditengah pesatnya iklim modernisasi yang identik dengan individualisme. Dia mengatakan, jika terjadi kekerasan pada anak dalam suatu lingkungan, pejabat setempat harus diberitahu.

“Minimal Pak RT harus diberitahu agar dia bisa menegur orang tua yang melakukan tindak kekerasan pada anak, kalau teguran tidak mempan bisa dilaporkan ke polisi,” ucapnya.

Dia juga menjelaskan tingginya tingkat kekerasan pada anak akhir-akhir ini karena ketidakpedulian orang tua terhadap anak. Bahkan orang tua yang sibuk bekerja menyerahkan anaknya pada pembantu. Hal itu lanjutnya, tergolong tindakan kurang mendidik.

“Kekerasan pada anak salah satunya ialah abainya kepedulian orang tua pada anak,” tuturnya.

Exit mobile version