Catatan KPAI dari Debat Jokowi Vs Prabowo Semalam

Ketua KPAI Susanto (Kanan)

Jakarta – Debat keempat yang mempertemukan capres Jokowi dan Prabowo menimbulkan beragam tanggapan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga memberikan catatan mengenai isi debat itu.

Catatan pertama, KPAI menganggap kedua capres telah menyampaikan visi dan misi yang terukur. Kedua capres dianggap berkomitmen untuk memberikan penguatan dan internalisasi ideologi Pancasila kepada anak bangsa sejak usia dini hingga jenjang universitas (S1, S2, dan S3).

“Ini komitmen baik yang perlu diapresiasi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang generasinya kokoh dengan ideologi kebangsaannya,” kata Ketua KPAI Susanto, Minggu (31/3/2019).

Hal kedua, lanjut Susanto, semangat untuk terus menjaga silaturahmi di antara kedua capres menunjukkan betapa perbedaan tak memutuskan rantai persahabatan. Ini merupakan spirit dan sekaligus pendidikan politik yang baik bagi anak Indonesia dalam kerangka berbangsa dan bernegara menuju Indonesia yang lebih baik.

“Kekayaan alam dan kekayaan budaya suatu bangsa tak akan berarti jika para tokoh politik dan bangsa tak memiliki komitmen menjaga persatuan dan kebersamaan. Komitmen yang ditunjukkan kedua capres sangat positif bagi anak negeri. Meski anak Indonesia dalam keragaman, baik agama, suku, bahasa, dan budaya, namun kebersamaan, persaudaraan, dan saling menghormati harus menjadi komitmen besar,” kata Susanto.

Hal ketiga, sambung Susanto, kedua capres telah menunjukkan jiwa dan visi nasionalismenya. Menurut Susanto, Indonesia memang harus aktif berkontribusi di level internasional, sinergi antarnegara penting terus bangun, namun kedaulatan dan kepentingan bangsa harus menjadi prioritas utama.

“Komitmen positif ini menjadi spirit baik bagi generasi Indonesia yang mengikuti debat capres. Apalagi dalam UU No 23 Tahun 2002 Pasal 19 (b) ditegaskan bahwa setiap anak wajib mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman. Selanjutnya (c), setiap anak wajib mencintai tanah air, bangsa, dan negara,” ujar Susanto.

Hal lain yang masih perlu dipertajam, lanjut Susanto, adalah untuk mengokohkan ideologi kebangsaan bagi anak Indonesia ke depan, visi dan langkah besar untuk perlindungan anak dari infiltrasi radikalisme harus terus diinovasikan.

“Mengingat saat ini pola jaringan radikalisme dan terorisme terus bergeser, tak mudah dideteksi dan sering kali anak menjadi sasaran infiltrasi. Ini harus terus kita jaga agar 83 juta anak Indonesia tumbuh kembang dengan baik, memiliki self protection, serta kokoh dalam menghadapi gempuran radikalisme yang semakin mewabah,” kata Susanto.

Exit mobile version