Dampak Covid-19, Jutaan Keluarga Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

 
BANDUNG – Komisioner Hak Sipil dan Partisipasi Anak pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengatakan pemerintah harus mewaspadai ancaman terhadap sebagian keluarga di Indonesia yang dapat kehilangan tempat tinggal akibat Covid-19.
 
Jasra mengatakan sebelumnya Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyampaikan bahwa wabah Covid-19 bisa saja berdampak lebih buruk dari resesi krisis ekonomi 1998.

Yang paling terdampak di antaranya adalah tujuh puluh juta pekerja sektor informal di Indonesia yang akan terkena dampak resesi ekonomi global.

“Mereka ke depan akan berstatus terancam kehilangan tempat tinggal. Akibat beberapa perusahaan membatasi produksinya, masyarakat membatasi geraknya, artinya pendapatan dan penghasilan mereka akan memburuk,” kata Jasra melalui ponsel, Selasa (14/4/2020).

 
Hal ini terutama akan menghantam keluarga yang merupakan pekerja migrasi dari desa ke kota. Atau yang sama sekali tidak memiliki sanak saudara dan mengandalkan bekerja di kota dengan tempat tinggal rumah sewa, kontrak, atau indekos, baik sebagai perantau, berkeluarga, disabilitas, dan lansia yang tidak bisa kembali ke kampungnya.

“Saya mengajak para anggota dewan baik DPR RI dan DPRD agar effort pembahasan omnibus law diarahkan antisipasi kondisi pekerja sektor informal. Kondisi sekarang kita perlu menfokuskan diri. Dengan mendukung Presiden mengembangkan skema-skema antisipasi dan bantuan kepada bangsa Indonesia seluruhnya,” katanya.

Kondisi perekononian yang mungkin bisa buruk karena krisis berkepanjangan menyebabkan daya tahan setiap keluarga yang bekerja di sektor informal bisa menurun.

Tiga faktor penting menjadi ancaman, katanya. Pertama terkait akses makanan keluarga, kedua akses tempat tinggal yang layak buat mereka, ketiga kesehatan jiwa yang bisa memburuk jika tidak diantisipasi karena situasi di rumah saja yang bisa berkepanjangan dan ruang gerak terbatas. 

“Bila ketiga hal tersebut tidak tertangani dengan baik, maka akan berdampak pada kesehatan dan dapat lebih buruk lagi. Jawaban permasalahan tersebut, perlunya solidaritas yang tinggi, gotong royong, bahu membahu, karena tidak semua masalah dapat dijawab pemerintah,” tuturnya.

Saat ini, katanya, peran perusahaan tempat mereka bekerja amat penting. Membangun daya tahan dengan menghidupkan identitas bangsa agraris pun mulai harus dihidupkan. Segala yang biasanya dibeli, namun sebenarnya bisa ditanam, bisa digalakkan dari sekarang.

Sumber : https://jabar.tribunnews.com/

Exit mobile version