Duel Gladiator Bukti Pendidikan Indonesia Tidak Kritis

JAKARTA –  KPAI menilai, adu kekebalan ala gladiator di Kabupaten Bogor menjadi bukti bahwa pendidikan Indonesia tidak kritis dan analitis.

Para pelajar masih bersifat primitif sehingga mengabaikan nalar.

Komisioner KPAI bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan, sistem persekolahan yang mengutamakan nilai dan akademik akan berpengaruh pada anak-anak tertentu yang butuh eksistensi.

Kecerdasan itu bukan hanya akademik. Namun, di negara ini kurang diakui kecerdasan lain seperti motorik kecerdasan dalam olahraga dan seni.

“Peristiwa tarung gladiator ini kemungkinan besar terjadi di antaranya marena lemahnya pengawasan orang dewasa, baik di sekolah, rumah maupun di masyarakat. Mengingat kejadiannya sekitar pukul 16. 30 wib dan terjadi di lapangan, tempat terbuka,” ungkap Retno.

Tarung semacam ini umumnya terjadi di luar sekolah dan di luar jam sekolah, sehingga pengawasannya melibatkan orang tua dan masyarakat sekitar.

Retno melanjutkan, harusnya orang tua memiliki kepekaan karena tarung semacam ini biasanya direncanakan jauh hari, pasti ada perubahan perilaku anaknya.

Masyarakat juga seharusnya peka jika melihat di tempat umum ada lebih dari 10 anak berkumpul.

Seharusnya dibubarkan atau segera lapor pihak berwenang, seperti RT/RW atau kepolisian sehingga bisa dicegah.

“Jangan cuek terhadap fenomena seperti ini. Sekolah dalam hal ini guru juga seharusnya memiliki kepekaan terhadap anak-anak yang berpotensi terlibat tarung semacam ini. Karena keterlibatan siswa senior dan alumni sangat mungkin dalam skenario tarung gladiator seperti ini. 

Exit mobile version