Heboh Yerusalem Ibukota Israel di Buku IPS SD: Bukan Kelalaian, Ada Unsur Kesengajaan

Istimewa

Kesalahan materi dan penulisan dalam materi buku ajar siswa sekolah masih terus berulang. Kali ini, terjadi pada buku ajar siswa sekolah dasar (SD).Dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial itu, disebutkan bahwa Yerusalem merupakan Ibukota Israel.

Pengamat pendidikan dari Universitas Al Azhar Prof Suparji Ahmad menilai diduga ada kesengajaan dalam tulisan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel di buku pelajaran IPS jilid 6A terbitan Yudhistira. Apalagi buku tersebut sudah beredar sejak 2008 lalu. Oleh karena itu buku tersebut harus segera ditarik dan dilakukan revisi agar murid-murid tidak salah memahami ibu kota Israel adalah Yerusalem.

“Kesengajaan nampak dengan nyata, ini bukan karena kelalaian. Sepertinya sudah dikonstruksikan untuk membentuk opini seperti itu (ibukota Israel adalah Yerusalem),” kata Prof Suparji Ahmad kepada Harian Terbit, Rabu (13/12/2017).

Suparji meminta pihak terkait harus mengusut siapa yang bertanggung jawab atas terbitnya buku IPS tersebut. Karena telah menyampaikan  pengetahuan yang tidak benar. Padahal buku pelajaran harus berdasarkan fakta yang sebenarnya bukan berdasarkan opini atau rekayasa belaka. Oleh karenanya buku tersebut harus ditarik dari peredaran agar tidak memakan korban lebih banyak lagi.

“Kementerian Pendidikan juga harus lebih intensif melakukan pengawasan terhadap peredaran buku pelajaran. Selain itu penulisnya juga perlu ada standarisasi dengan mengacu pada data dan fakta yang benar, tidak boleh menyampaikan informasi tentang data secara spekulatif dan asumtif,” paparnya.

Memalukan

Terpisah Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin mengatakan, ditulisnya Ibu Kota Israel di Yerusalem dalam buku IPS SD Kelas 6 merupakan kecolongan yang sangat memalukan. Apalagi buku pelajaran tersebut sudah beredar sejak 2008. Ia pun meminta agar buku IPS tersebut ditarik dari peredaran dan tidak dipergunakan lagi. Dia juga meminta pemerintah agar lebih berhati-hati ke depan.

“Karena ini bukan kasus pertama. Ada kasus-kasus lain, tentu dengan isu lain, bukan isu Yerusalem,” ujarnya di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (13/12/2017).

Kepala Litbang Kemendikbud RI Totok Suprayitno membenarkan bahwa buku itu merupakan buku terbitan Yudhistira Tahun 2008. “Ya, itu buku yang di SK-kan tahun 2008. Itu merupakan hasil penilaian dari Kemendikbud pada 2008 itu untuk menjalankan Kurikulum 2006,” kata Kepala Litbang Kemendikbud RI Totok Suprayitno di Jakarta, Selasa (12/12/2017).

Pada halaman 56 buku tersebut tersaji sebuah tabel negara-negara di Benua Asia beserta ibu kota negaranya. Pada bagian Asia Barat tertulis negara Palestina. Tepat di sampingnya, kolom ibu kota Palestina dikosongkan. Pada tabel yang sama tertulis ibu kota negara Israel adalah Yerusalem.

Sementara itu Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan penulisan buku ajar yang ada kekeliruan isi bahkan substansi bukanlah kejadian pertama.
 
“Ini sudah terjadi kesekian kalinya.  Ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap buku-buku ajar, terutama buku SD. Mulai dari adanya konten kekerasan sampai pornografi, dan sekarang kekeliruan penulisan Ibukota Israel adalah Jerusalem,” ujar Retno kepada wartawan di Jakarta, Rabu (13/12/2017).

KPAI akan meminta keterangan kepada Kemdikbud terkhusus Pusbukur,  terkait lolosnya buku ini dalan penilaian perbukuan di Pusbukur.

“Jika dalam proses penilaian buku tersebut ada kelalaian Kemdikbud maka tentu saja Kemdikbud menjadi pihak yang bertanggung jawab. Pemanggillan dijadwalkan pada Senin,  18 Desember 2017, jam 13.30 WIB di KPAI,” ujarnya.
 
Anggota Komisi X DPR RI Anang Hermansyah mengatakan, kandungan buku tersebut dapat masuk kategori bertentangan dengan Pancasila.

“Pancasila sebagai norma dasar yang memiliki spirit yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yakni turut serta menjaga ketertiban dunia, jelas dalam kasus Israel tersebut bertentangan dengan spirit konstitusi kita,” ujar Anang dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/12/2017).

Buku kontroversial ini awalnya ramai dibicarakan di media sosial. Tabel yang menuliskan Yerusalem sebagai ibu kota Israel menuai kecaman. Penerbit Yudhistira belum mengeluarkan pernyataan resmi soal buku tersebut. 

 

Exit mobile version