Indonesia Peringkat Tertinggi Kasus Kekerasan di Sekolah

BANDUNG — Sebanyak 84 persen anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka ini berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menurut survei International Center for Research on Women (ICRW).

Angka kasus kekerasan di sekolah di Indonesia ini lebih tinggi dari Vietnam (79 persen), Nepal (79 persen), Kamboja (73 persen), dan Pakistan (43 persen).

Wakil Ketua KPAI, Maria Advianti menyebutkan Sekolah Ramah Anak menjadi solusi untuk mengatasi persoalan kekerasan di lembaga pendidikan. “Sekolah ramah anak ini harus memiliki sejumlah kriteria, seperti harus aman, memenuhi hak anak, melindungi dari kekerasan, sehat, peduli dan berbudaya serta mendukung partisipasi anak,” kata Maria dalam keterangan pers, Selasa (21/2).

Menurut Maria, regulasi menjadi penting agar guru dan orangtua ada kesepahaman mengenai penanganan pendidikan anak di sekolah. “Seluruh komponen sekolah yaitu kepala sekolah, guru, murid dan orang tua murid harus memiliki perspektif yang sama mengenai pendidikan,” ujarnya.

Maraknya kasus kekerasan yang menimpa anak di sekolah tersebut pun turut menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Bandung. “Karakter anak terbentuk di usia dini, anak usia dini lebih cepat merekam apapun, oleh karenanya kepribadian yang baik harus diterapkan di usia ini,” ujar Bupati Bandung Dadang Naser.

Dadang mengatakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan jenjang pendidikan yang amat penting. Karena itu, pada tahun ini Pemerintah Kabupaten Bandung telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 10 Milyar untuk pembangunan di bidang pendidikan, khususnya pendidikan Taman Kanak-kanak.

Jumlah TK di Kabupaten Bandung, menurut Data Pokok Pendidikan (DAPODIK), berjumlah 503 Taman Kanak-kanak. Ini menunjukkan pendidikan di setiap jenjang sekolah menjadi sebuah proses pembelajaran yang tidak hanya mengejar kecerdasan anak semata, tapi juga lebih menjurus pada pendidikan moral untuk membangun generasi yang memiliki karakter.

Di Indonesia, menurut Dadang, rata-rata pendidikan cenderung mengutamakan pengembangan otak kiri, idealnya otak kiri dan kanan haruslah seimbang. Pengembangan Intelegent Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) harus diseimbangkan sejak dini. “Anak harus betah di sekolah, guru harus menjadi orangtua di sekolah yang mampu mendidik dan melindungi, dan jangan sampai anak takut kepada guru,” katanya menambahkan.

Exit mobile version