Istri Setnov Minta Istri Kader Golkar Terjun ke Desa

Surabaya (beritajatim.com) – Istri Ketua Umum Partai Golkar Deisti Novanto mengimbau kepada ikatan istri Partai Golkar agar terjun hingga ke tingkat desa untuk melakukan penyuluhan tentang pentingnya perlindungan anak. Penyuluhan bisa dilakukan di posyandu, puskesmas dan sekolah.

“Kami akan merangkul seluruh masyarakat untuk melindungi anak-anak Indonesia. Golkar akan berbuat terbaik untuk anak Indonesia. Ibu-ibu Golkar beri penyuluhan ke posyandu dan sekolah-sekolah. Indonesia sudah darurat kekerasan terhadap anak. Mulai kekerasan fisik dan seksual,” katanya usai Pengukuhan Relawan Sahabat Perlindungan Anak (Sapa) Indonesia dan Seminar Pendidikan ‘Lindungi Anak dari Tindak Kekerasan’ di kantor DPD Partai Golkar Jatim, Rabu (7/12/2016).

Pihaknya juga akan melakukan advokasi dan pendampingan kepada anak korban kekerasan. Untuk itu, Golkar juga akan mendesak Perda Perlindungan Perempuan dan Anak di setiap daerah. Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam sehari terjadi lima kekerasan atas anak. “Indonesia darurat kekerasan perempuan dan anak. Kami bermitra dengan KPAI. Indonesia itu dilanda musibah tapi bukan hanya bencana alam, tapi kekerasan fisik dan seksual  terhadap anak. Ini seperti fenomena gunung es, yang di permukaan terlihat sedikit sebenarnya banyak dan kita tidak bisa berbuat apa-apa,” tukasnya.

KPAI meminta kepada calon kepala daerah yang maju pilkada serentak 2017 nanti dan parpol di Indonesia untuk dapat membuat program untuk perlindungan anak di Indonesia dari masalah kekerasan.

“KPAI sangat mendukung dan menyambut baik apabila parpol dan calon kepala daerah yang membela hak anak Indonesia dari kekerasan. Ini karena anak merupakan generasi penerus perjuangan bangsa Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Ketua Bidang Sosialisasi KPAI Erlinda.

KPAI saat ini mencatat ada 1000 kasus kekerasan pada anak dalam kurun waktu selama tahun 2016. Jumlah tersebut didapat dari laporan yang masuk di KPAI. “Jumlahnya bisa meningkat karena ada yang laporan di Pusat Pelayanan Terpadu milik Polri dan jajarannya,” ungkapnya.

Lebih lanjut,  di antara 1000 kasus tersebut, ada 136 kasus kekerasan terhadap anak melalui medsos. “Tren perkembangan teknologi yang membuat medsos menjadi salah satu alat untuk kekerasan terhadap anak. Semisal membully dan penculikan anak,” imbuhnya.

Sedangkan untuk pelaku, kata Erlinda, hampir sebagian besar pelaku adalah orang terdekat korban. Misalnya saudara, kakek bahkan ayah kandung korban. Dan rata-rata dari golongan masyarakat ekonomi bawah. “Ini harus diwaspadai dan perlu kehati-hatian orang tua agar kekerasan terhadap anak tidak meningkat,” imbuhnya.

Presiden Sapa Indonesia, Lita Azis Syamsudin mengimbau anggota Relawan Sapa di Indonesia agar tetap terus melakukan sosialisasi tentang program perlindungan anak dari perilaku kekerasan hingga tingkat desa.

Exit mobile version