Ketua KPAI: Pentingnya Jiwa Perjuangan dan Nasionalisme dalam Hadirkan Pahlawan pada Zamannya

JAKARTA – Hari pahlawan yang diperingati pada 10 November setiap tahun terus menggelorakan semangat kebangsaan.

Jika dulu pahlawan kita mengorbankan jiwa untuk kemerdekaan, perang menghadapi penjajah, rela mengorbankan semuanya demi mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Bagaimana saat ini?

Menurutnya, jiwa perjuangan dan nasionalisme adalah hal penting guna menghadirkan sosok pahlawan ke depan.

“Mentalitas harus dibentuk. Jiwa perjuangan dan nasiolisme harus terus ditanamkan, etos inovasi terus dirangsang dan dibiasakan. Siapapun anak bangsa itu dan darimanapun ia lahir. Inilah kelak yang akan jadi pahlawan pada zamannya,” ujar Susanto dalam keterangan resmi, Jumat (10/11/2017).

Susanto menyebut memang tantangan ke depan untuk menghadirkan pahlawan dari 85 juta anak Indonesia tak akan mudah, merekalah yang akan menentukan nasib negara 40 hingga 70 tahun yang akan datang.

Hal itu lantaran ditengah menyiapkan kader pahlawan pada zamannya, kita terus dihadapkan beragam kejahatan yg serius; seperti trafiking, prostitusi online, kejahatan pornografi, kejahatan narkoba yang menyasar anak bangsa.

Ini jika tak dapat diatasi, jelas Susanto, langkah besar kita memimpikan pahlawan di kemudian hari, akan sirna. Apalagi ragam kejahatan dimaksud, menjadi bentuk penjajahan baru yang tak mudah dideteksi oleh orang terdekat anak.

“Tak ada kata lain, spirit nasionalisme dan patriotisme harus ditanamkan sejak usia dini. Apalagi gempuran ekstrimisme, radikalisme, dan kejahatan berbasis cyber saat ini luar biasa. Ini bisa melemahkan dan menyusutkan kualitas anak bangsa kita, jika tidak dibentengi sejak awal,” imbuh Susanto.

Lebih lanjut, Susanto juga menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi anak bangsa saat ini, dimana mereka terus dijejali oleh budaya konsumerisme, materialisme, cara berfikir instan, fokus pada semata hasil menafikan proses, hingga gaya hidup serba digital tanpa literasi.

“Situasi itu membuat anak bangsa terus dimanjakan, bukan dijelaskan. Hal ini bisa menimbulkan kerentanan yang tak terbendung bahwa suatu saat anak bangsa kita akan rapuh etos kerja, etos belajar, etos berinovasi, etos berdedikasi dan etos kebangsaannya,” ujarnya.

Maka dari itu, Susanto mengimbau bahwa peringatan hari pahlawan ini jangan hanya sekadar bermakna ritual penghormatan atas jasa pahlawan terdahulu.

Namun harus menjadi pemantik perubahan cara berfikir, menggelorakan spirit perjuangan mengisi kemerdekaan dan memantapkan internalisasi nilai kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari.

“Sekecil apapun yang bisa kita lakukan untuk yang terbaik bagi anak bangsa, sejatinya merupakan bentuk komitmen mempraktikkan nilai kepahlawanan. Selamat hari pahlawan, selamat menghadirkan pahlawan pada zamannya,” pungkasnya.

Exit mobile version