Kontroversi Awkarin: Upaya ‘mengontrol tubuh perempuan’?

Peringatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap seorang remaja yang menjadi bintang di media sosial dengan nama Awkarin dinilai aktivis perempuan sebagai upaya untuk mengontrol tubuh dan seksualitas perempuan.

Namun aktivis hak perempuan, Chika Noya, mempertanyakan standar yang digunakan oleh KPAI.

Kepala divisi sosial KPAI, Erlinda, menyebut unggahan Awkarin yang memiliki nama asli Karin Novilda di media sosial ‘bertentangan dengan norma yang ada dan bertentangan dengan jati diri bangsa’.

“Karena dia (Awkarin) menampilkan asusila, yang dianggap seperti hal yang biasa dan jadi gaya hidup,” ungkap Erlinda kepada BBC Indonesia, Selasa (27/09).

Asusila itu ditegaskan Erlinda, dieksploitasi Awkarin – dengan satu juta pengikut di Instagram- dalam bentuk “bahasa yang tidak layak, menampilkan sensualitas tubuhnya, dan melakukan adegan yang tidak pantas dengan pacarnya.”

Awkarin menjadi pembicaraan netizen karena kerap mengunggah foto dan video yang dinilai kontroversial.

Lewat akun Instagramnya, perempuan berusia 19 tahun itu seringkali mengunggah fotonya mengenakan pakaian ‘minim.’ Awkarin juga kerap memamerkan fotonya berciuman dengan kekasihnya.

Sementara melalui channel Youtube, Awkarin dan video blog (VLOG) yang menggambarkan ‘keseharian hidupnya,’ dinilai tidak jarang mengeluarkan kata-kata kasar.

“Apalagi followersnya banyak. Nanti banyak yang meniru,” tutur Erlinda.

KPAI, menurut Erlinda, telah melayangkan surat peringatan kepada orang tua dan Awkarin sendiri, untuk menghentikan unggahan yang dinilai KPAI tidak layak itu.

“(Kalau tidak dituruti) kami dorong lembaga terkait, kepolisian, untuk melakukan tindakan hukum tegas. Sementara akun medianya sendiri akan direkomendasikan untuk dimatikan.”

Pengekangan kebebasan?

Aktivis perempuan, Chika Noya, menyebut tindakan KPAI tersebut sebagai upaya untuk “mengontrol tubuh dan seksualitas perempuan.”

“Kalau dibilang Awkarin berdampak buruk, lebih baik masyarakatnya yang diedukasi, daripada mengkriminalisasi orang seperti ini. Korbannya (Awkarin), anak lagi.” Chika menilai pengekangan kebebasan berekspresi tidak boleh menjadi solusi untuk apa pun.

“Kita kan tidak bisa membuat semua remaja sama. Misalnya semua remaja harus berjilbab, atau semua remaja harus seksi, kan tidak bisa begitu. Kalau Awkarin dianggap membahayakan anak-anak, dia sendiri kan sudah 19 tahun,” tutur Chika tegas.

Lebih jauh lagi Chika menyebut KPAI menggunakan standar ganda.

“Mengapa KPAI tidak mengomentari sekolah negeri yang meminta seluruh siswinya pakai jilbab termasuk yang non-muslim? Kenapa tidak komplain soal itu. Tapi ketika ada anak muda yang mengekspresikan diri, langsung dikontrol. KPAI ini fungsinya apa? Jangan-jangan nanti semua yang seperti Awkarin dipenjara,” pungkasnya.

Pro-kontra netizen

Ketika ditanyakan kepada KPAI soal hak dan kebebasan berekspresi ini, Erlinda menjawab, “hak seseorang kan dibatasi hak orang lain. Dan dibatasi undang-undang dan norma. Kalau dia (Awkarin) saja yang mau dihargai, ya silahkan tinggal di hutan,” ungkap Erlinda.

Pertengahan September lalu rapper muda Young Lex, meluncurkan video-musik lagu kolaborasinya dengan Awkarin, di Youtube.

Lewat lirik lagu berjudul “BAD” itu, dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, Awkarin bernyanyi, seperti mengungkapkan isi hatinya.

Gue cuman pengen tetap jadi apa adanya. Daripada disukai tapi munafik aslinya. Memang gue anak nakal, seringkali ngomong kasar, tapi masih batas wajar. Lo semua yang paling benar, lo semua nilai kita dari luar…

Belum sampai 10 hari, lagu itu telah disaksikan lebih empat juta kali. Namun, jumlah yang tidak menyukai (dislike) video itu lebih banyak, sekitar 191 ribu, dibandingkan yang menyukai (like), sekitar 55 ribu.

Yang bernada positif misalnya Agung Hapsah, yang lewat akun Youtube-nya menyebut netizen harusnya bisa memisahkan antara selebritas dan hasil kreasinya. “Lagunya bagus aja kok, cuma karena orang yang gak suka sama orangnya (Awkarin) yang buat jadi banyak dislike.”

Pernyataan Agung itu ditentang netizen lain, Izabel Adryza, yang menyebut “semua orang memang punya hak untuk berkarya, tetapi jangan biarkan karya itu mencuci otak orang lain sehingga melakukan tindakan yang tidak baik.”

Sebagian besar unggahan Awkarin, baik di Instagram maupun di channel Youtube-nya, tidak semuanya disukai, dan lalu diikuti netizen. Kritikan tetap dilontarkan oleh mereka yang tidak suka, atau yang kerap disebut haters.

Termasuk pada foto-foto ‘mesra’ Awkarin yang dinilai KPAI tidak layak.

Misalnya akun Instagram olvinber262 yang mengkritik foto Awkarin yang sedang berciuman dengan kekasihnya; “Kak awkarin gak tahu budaya orang timur ya?”

Namun, tidak sedikit juga yang mendukung bintang media sosial itu, terkait aksi-aksinya.

Akun Instagram gisella-jasminenafis menulis, “Dari tadi saya stalking di sini, saya lihat Awkarin tidak segila yang orang bilang. Tapi menurut saya Awkarin cuma mencurahkan suasana hatinya lewat foto, yang menurut orang banyak tidak perlu dipublikasikan.”

BBC Indonesia telah berusaha menghubungi Awkarin untuk menanggapi langkah KPAI dan berbagai kontroversi, tetapi tidak mendapat respon.

Exit mobile version