KPAI: 56 Kasus Siswa SMP Sayat Tangan, Disdik dan Diskes Riau Pelu Intervensi

PEKANBARU – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak Dinas Pendidikan Provinsi Riau harus sesegera mungkin melakukan intervensi terhadap sekolah. Hal ini berkaitan dengan kasus penyayatan tangan yang dilakukan sekitar 56 siswa di SMP 18 Pekanbaru beberapa waktu lalu.

Komisioner Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesi (KPAI), Jasra Putra mengatakan, langkah intervensi ini guna untuk mengantisipasinya kasus serupa, agar tidak terjadi kembali di lembaga pendidikan lain di seluruh Indonesia. 

“Kasus sayat tangan yang dilakukan sampai 50 lebih anak SMP di Pekanbaru beberapa waktu lalu juga menjadi fokus pembicaraan kami. Perlu ada sikap serius yang harus dilakukan oleh Dinas Pendidikan, termasuk Dinas Kesehatan Riau terhadap kasus ini,” katanya, kepada wartawan saat ditemui di Kantor Gubernur Riau, Kamis, 11 Oktober 2018.

Jasra menambahkan, bahkan kuat dugaan kasus serupa juga terjadi di sekolah-sekolah lain. Baik di Riau maupun di luar Provinsi Riau. Masalah ini kemudian tidak bisa dianggap sebagai data biasa.

“Kami bahkan banyak mendengar ucapan masyarakat kalau masalah ini hanya heboh di sosial media. Namun pada kenyataannyakan tidak seperti itu. Faktanya memang anak-anak kita melakukan praktik sayat tangan itu,” sambungnya.

Diungkapkan Jasra, bahwa pihaknya dari KPAI nasional sudah menelisik lebih jauh dengan meminta kepada Dinas Kesehatan Provinsi Riau agar menggali lebih dalam. Apakah perilaku ini berkaitan dengan gangguan kejiwaan anak.

“Kalau memang anak-anak ini sudah terpengaruh oleh media sosial dan konten-konten negatif lainnya melalui video yang mereka tonton tersebut, harusnya Pemda cepat menanggapi dan harus mengambil sikap agar masalah seperti ini tidak menular ke siswa-siswa di sekolah lainnya,” kata Jasra.

Seperti diberitakan bertuahpos.com sebelumnya, sebanyak 56 anak di SMP 18 Pekanbaru melakukan perilaku tidak biasa dengan menyayat tangan mereka. Sempat diduga kalau perilaku itu terpengaruh oleh minuman kemasan yang siswa dapatkan di kantin sekolah. 

Namun pihak sekolah sendiri sudah mengeluarkan klarifikasi kalau perilaku itu terjadi karena siswa-siswa ini terpengaruh dari video challenge yang mereka tonton. Video itu tersebar secara berantai di pesan WhatApp pribadi.

Exit mobile version