KPAI: Ada 3 Alasan Pelaku Bom Bunuh Diri Ajak Anak dan Perempuan

Komisi Perlindungan Anak Indenesia (KPAI) mengecam serangan bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan anak. Ketua KPAI Susanto mengatakan ada pergeseran pola dalam aksi terorisme.

“Selama ini pelaku teror selalu di-image-kan laki-laki. Belakangan, termasuk bom Surabaya, perempuan pelakunya, bahkan membawa anak,” kata Susanto saat dihubungi, Senin, 14 Mei 2018

Di hari yang sama, pada malam hari, bom bunuh diri terjadi di Blok B Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, Sidoarjo. Terduga teroris, Anton, bersama istri dan satu anaknya tewas dalam kejadian ini. Tetapi, tiga anak Anton yang lain selamat tapi kondisinya luka-luka.

Selang sehari, Senin, 14 Mei 2018, bom bunuh diri kembali terjadi di Markas Polrestabes Surabaya. Pelakunya satu keluarga, yaitu TW bersama istri dan tiga anaknya, menggunakan dua sepeda motor. Satu anaknya, perempuan berusia 8 tahun, selamat karena terlempar dari sepeda motor.

Menurut Susanto, pergeseran pola terorisme yang melibatkan perempyan dan anak-anak terjadi karena beberapa motif. Pertama, pelaku menggunakan anak-anak untuk mengelabuhi orang-orang di sekitar sasaran korban. “Sehingga mereka tak mudah dideteksi,” katanya.

Kedua, dia melanjutkan, perempuan dan anak-anak selama ini tidak diprediksi sebagai teroris jadi calon korban dan orang sekitarnya tidak akan mencegah atau waspada. Ketiga, untuk menunjukkan ke publik bahwa teror itu tak memandang jenis kelamin dan usia. “Mereka mengganggap dalam kerangka menjalankan tugas yang diyakini suci,” ujarnya.

Exit mobile version