KPAI: Anak Tiru Kekerasan, Orang Tua Agar Sensitif

Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia Erlinda beranggapan bahwa adanya kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak tak terlepas dari apa yang ditiru anak dari yang dilihat setiap harinya.

“Oleh karena itu, orang tua harus perhatian terhadap apa yang bisa ditiru anak-anak mereka,” ujar Erlinda kepada Tempo, Ahad, 4 Mei 2014.

Sebelumnya, KPAI mengatakan sepanjang 2014 terjadi delapan kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak. Dua di antaranya terjadi di tingkat sekolah dasar, salah satunya membuat meninggal Renggo Khadafi, 11 tahun, siswa kelas V SDN Makassar 09, Jakarta Timur, Jumat lalu. (Baca: Diduga Dianiaya Senior, Siswa SD Tewas. baca pula: Ini Kronologi Penganiayaan Terhadap Renggo)

Menurut Erlinda, banyak hal yang bisa ditiru anak dari lingkungannya dan banyak tempat yang membuat anak meniru hal buruk, seperti kekerasan. Lingkungan keluarga, kata Erlinda, bisa menjadi salah satunya.

Erlinda mengatakan agar anak tak meniru hal buruk di lingkungan keluarga, orang tua harus mulai mengubah perilaku terlebih dahulu. Misalnya dengan tak membiasakan berperilaku kasar, komunikasi searah, ataupun berbohong, katanya.

“Berbohong, misalnya, kalau ada telepon jangan minta anak berbohong ke penelepon kalau orang tuanya tak ada,” ujar Erlinda.

Erlinda menambahkan orang tua juga bisa mengawasi langsung hal-hal yang dikonsumsi anaknya dari media. Sebagai contoh, jika ada tindak kekerasan di televisi, orang tua harus menjelaskan latar belakang di balik kekerasan itu dan apa akibatnya.

“Ini agar anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Di media sekarang ada banyak kekerasan ditunjukkan. Maaf, anggota dewan di televisi saja bisa berperilaku kasar,” ujarnya.

Erlinda mengingatkan juga agar orang tua mau mendengarkan pendapat sang anak dan tidak menganggap diri sendiri sebagai yang paling benar. Hal itu, kata Erlinda, untuk mengajarkan anak yang namanya komunikasi, bukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.

Kontrol masyarakat dan sekolah juga berperan untuk mencegah anak-anak meniru hal kasar. Baik masyarakat maupun sekolah, kata ia, bisa berperan dengan menjadi menjadi role model bagi sang anak.

“Permasalahan yang ada sekarang adalah jarang sekali ada role model bagi anak. Ilmu komunikasi di sekolah pun hanya diajarkan sebagai teori, bukan tindakan,” ujarnya.

Exit mobile version