KPAI Apresiasi Pendidikan Seksualitas Sejak Dini

BANDAR LAMPUNG — Seminar Pendidikan Seksualitas pada Anak dengan tema Membentuk anak yang sehat secara seksualitas yang digelar Sekolah Darma Bangsa (SDB) di Gedung SDB Hall B, Jalan Z.A Pagar Alama No. 93A Labuhanratu, Bandar Lampung, Sabtu (2/4/2016), mendapat apresiasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Ketua Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia(KPAI), Erlinda Iswanto, yang juga menjadi narasumber dalam seminar tersebut. berikut petikannya.

Bagaimana tanggapan anda sebagai anggota KPAI terhadap sekolah yang melakukan pendidikan seksualitas sejak dini?

Kami dari KPAI sangat mengapresiasi sekolah yang dapat melakukan edukasi pendidikan seksual, tapi sekolah juga perlu menyebarluaskan yang dilakukan untuk kelompok kecil, hal semacam ini dibutuhkan. Sebab secara otomatis, informasi apapun hnya dalam berapa detik saja sudah bisa masuk ke gadget anak dan pwran guru lah yang sangat vital di sekolah untuk menjaga mereka agar tidak mengakses hal yang tidak tepat.

Bagaimana peran guru dan orang tua memperkuat kerja sama menghindari kekerasan seksual?

Caranya dengan membangun ikatan anak dan orang tua juga guru. Sebab, sosialisasi seperti ini tak semua masyarakat bisa mengaksesnya. Di kalangan menengah kebawah tak ada yang membiat acara serupa. Maka kita yang telah paham, pakar keluarga dan pemerintah harus sama-sama saling bersinergi untuk melakukan hal semacam itu.sam, sosialisasi sangat perlu apapun itu bentuknya.

Apa itu Pandawa care?

Pandawa care adalah salah satu situs untuk masyarakat yang ingin berbagi ilmu dan mencari tips dalam melakukan pengasuhan terhadap anak.

Saat ini di era digital dan ada aplikasi positif, contoh pusing saat menghadapi anak dan di Pandawa care ada tipsnya.

Jika ada musibah anak kita diculik kita bisa men-tracking keberadaan anak kita. Panndawa Care paling tidak menjadi salah satu alternatif dan kita memaksimalkan gadget untuk hal yang bermanfaat. Situs ini juga bisa diakses semua pihak.

Harapannya Pandawa cCre bisa jadi solusi di masyarakat umum khususnya di Lampung , baik memberi tips memfasilitasi minat dan bakat anak di dunia entertainment, sampai bagaimana caranya mendapat mahasiswa yang diinginkan.

Bagaimana peran KPAID di Lampung?

Sebenarnya, KPAID sudah ada di Lampung namun mati suri karena terkendala anggaran juga ketidakmampuan petinggi KPAID dalam memberantas kekerasan terhadap anak.

Namun kita berharap KPAID Lampung tetap hadir melalui APBD. Kita akan melakukan komunikasi kepada pak gubernur M.Ridho Ficardo. Sebelumnya kami sudah sosialisasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, dan Kadis Pak Hery Sulityo sangat apresiasi dan mendukung adanya KPAID.

Berapa banyak kasus kekerasan seksual, sebab dari tahun ke tahun kasus kekerasan anak terus terjadi, bagaimana KPA melihat ini?

Total kasus sangat banyak, yakni 6.000 kasus, tahun 2010 sampai 2015. Dan kami sangat prihatin melihat ini, KPAI tak mampu belerja sendiri melainkan kerja sama antarsektor perlu dibangun. Pemerintah, masyarakat, orang tua, sekolah, guru, dan lingkungan punya peran yang sangat besar dalam tumbuh kembang anak.

Sejauh ini sosialisasi yang dilakukan KPAI lewat media apa?

Kita sosialisasikan dari puskesmas dan posyandu. Selain itu kita bangun komunikasi ini lewat kelompok ibi seperti arisan. Di zaman era digital mereka punya grup bahkan sosialisasi di setiap acara di rumah ibadah, seperti pengajian.

Selain itu kami maksimalkan kerja sama dengan Polri. Nantinya melalui polresta, polsek bahkan di kamtibmas dan babinsa TNI akan memberi pemahaman kepada masyarakat hingga lapisan bawah terkait masalah kekerasan seksualitas dan bahayanya.

Kasusnya apa yang terbanyak dan tersadis yang menimpa anak?

Yang terbanyak adalah kejahatan seksual yang dilakukan dengan cara kekerasan bahkan kesadisan, anak mencicipi narkoba sampai anak yang kecanduan namun hanya sedikit.

Apa penyebab terjadinya kasus kekerasan pada anak?

Tentu kontrol orang tua yang minim, pendidikan agama yang sangat kurang, faktor lingkungan yang memberatkan anak seperti pelajaran dan rutinitas yang sangat berat.

Kekerasan dan buliying juga terus terjadi di sekolah, tidak sedikit ada siswa jadi korban. baggaimana KPA melihat fenomena ini?

Bullying terjadi akibat perhatian secara personal sangat minim. Baik dari orang tua maupun guru. Dampak jangka panjang dan pendek akibat bullying tak lain ya si anak akan menjadi korban trauma yang dalam.

Dia akan ketakutan kembali ke lingkungan sosialnya dan anak tersebut akan mengalami fase di mana dia sebagai anak yang bodoh sehingga membuat konsep hidup dia terganggu. Apabila hal tersebut dibiarkan, tanpa ada penanganan secara berkala maka ada disfungsi sosial dan trauma yang berkepanjangan.

Bahkan ia bisa jadi pelaku bullying selanjutnya. Juga akan melakukan dendam tindakan yang tidak hanya merusak diri tetapi orang lain.

Siapa yang salah jika bullying terus terjadi?

Yang salah adalah orang tua dan guru, tidak ada respect pada diri si anak, sebab karakter fundamental belum dibangun. Seharusnya pembentukan karakter dasar harus dibangun secara persuasif.

Contoh tiba-tiba seorang anak meminjam sebuah pensil tapi tak izin, maka guru harus memberikan pelajaran bahwa hal tersebut kurang tepat. Sebelum mengambil barang orang lain harus izin lebih dahulu.

Selain itu peran pemerintah harus ditingkatkan karena telah lahir permen tentang anti bulying. Peran pemerintah yaitu harus memfasilitasi anak bangsa. Yaitu dengan kita melakukan penyaluran bakat. Dengan bakat sesuai keinginan anak, ketahanan anak akan tercipta.

Adakah yang salah dengan pendidikan di sekolah sehingga kekerasan tumbuh?

Untuk mendidik yaitu membuat aturan dan libatkan anak mereka harus respek kepada orang lain, gali potensi dalam hal kelaksanakan peraturan itu, banyaklah melakukan kegiatan minat bakat.

Baru-baru ini KPAI mengeluhkan maraknya kampanye LGBT yang menyasar anak-anak, apa sebetulnya terjadi?

Maraknya LGBT kita tahu bahwa LGBT adalah gangguan kejiwaan dan kita harus kampanyekan bahwa itu sangat membahayakan, karena bertentangan pada moral, agama akhlak dan kesehatan jiwa juga fisik manusia. Kita harus ingatkan kepada semua orang tua.

Bagaimana upaya membentengi keluarga dari LGBT?

Kita kuatkan pemahaman agama, moral, etika dan akhlak sebagai pondasi untuk memperkokoh diri dari upaya doktrin LGBT . Sehingga nantinya pada saat anak-anak terpapar pengaruh LGBT maka mereka bisa terproteksi.

Exit mobile version