Depok, – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, pada, Selasa (25/11/2025) sebagai bagian dari mandat kelembagaan dalam memastikan pemenuhan hak anak atas gizi, kesehatan, dan layanan yang aman. Pengawasan dilakukan di SPPG Pondok Jaya Cipayung serta MTs Arrahmaniyah untuk mendapatkan data, informasi, dan temuan lapangan terkait implementasi program di tingkat satuan pendidikan.
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra menegaskan bahwa program MBG memiliki potensi besar untuk memperbaiki kualitas gizi dan tumbuh kembang anak Indonesia. Namun demikian, pengawasan rutin tetap diperlukan untuk memastikan seluruh proses pelaksanaan berjalan sesuai standar keamanan pangan dan prinsip perlindungan anak.
“Program MBG adalah investasi negara untuk masa depan anak. Tapi keberhasilannya bergantung pada standar pelaksanaan, distribusi makanan, dan partisipasi anak. Tugas kami memastikan seluruh proses berjalan aman, higienis, dan sesuai hak anak,” ujarnya.
Temuan Pengawasan di Lapangan
Pengawasan dilakukan di SPPG Pondok Jaya Cipayung dan MTs Arrahmaniyah. Tim KPAI mencatat sejumlah perkembangan positif, sekaligus beberapa catatan perbaikan:
1. SPPG Pondok Jaya Cipayung
- Fasilitas dapur sudah dilengkapi oven pengering food tray, pemasak nasi kapasitas besar, dan ruang pemisah makanan basah–kering.
- SPPG baru mulai beroperasi 15 November 2025 dan belum melakukan edukasi gizi langsung kepada anak.
- Tingkat pengembalian sayuran masih tinggi karena tidak disukai sebagian anak.
- Usulan menu dari anak cukup beragam: spageti, burger, mi ayam.
- Buah yang disediakan masih terbatas pada anggur, jeruk, pisang, dan buah naga.
Kepala SPPG Pondok Jaya menyampaikan bahwa pihaknya sedang beradaptasi dengan jumlah penerima manfaat yang besar. “Kami terus memperbaiki variasi menu dan cara penyajian. Anak-anak memberi banyak masukan, dan itu penting agar makanan bergizi tetap diminati,” ujar Kepala SPPG.
2. MTs Arrahmaniyah
- Sekolah menerapkan pemisahan makanan cadangan untuk siswa yang berhalangan hadir.
- Terdapat sejumlah siswa alergi ikan, dan sekolah menyesuaikan menu untuk mencegah reaksi alergi.
- Anak-anak menyambut positif makan bersama di sekolah, namun berharap variasi menu lebih beragam.
- Fasilitas cuci tangan dan sabun belum tersedia.
- Banyak siswa membawa alat makan sendiri sebagai kebiasaan baik.
Kepala Sekolah MTs Arrahmaniyah menekankan bahwa program MBG membantu membangun budaya makan sehat di sekolah. “Anak-anak semakin terbiasa makan bersama, tapi kami masih butuh dukungan untuk infrastruktur seperti fasilitas cuci tangan, agar standar kebersihan lebih terjaga,” jelas Kepala Sekolah.
Catatan dan Rekomendasi KPAI
Berdasarkan hasil pengawasan, KPAI menyampaikan sejumlah rekomendasi, antara lain:
- Percepatan penerbitan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi dapur/mitra penyelenggara untuk memastikan pemenuhan standar keamanan pangan.
- Pemanfaatan rekapitulasi preferensi anak sebagai dasar penyusunan variasi menu yang tetap memenuhi standar gizi.
- Peningkatan strategi penyajian sayuran agar lebih menarik bagi anak dan mengurangi tingkat pengembalian sisa makanan (food waste).
- Penyediaan fasilitas kebersihan dasar di satuan pendidikan untuk mendukung praktik makan yang sehat dan aman
“Program MBG bukan sekadar memberi makan. Ini harus menjadi ruang belajar tentang gizi, kebersihan, dan budaya makan sehat. Anak-anak berhak menikmati makanan yang aman, bergizi, sekaligus sesuai kebutuhan mereka.” tambah Jasra Putra.
KPAI mengapresiasi upaya pemerintah daerah, SPPG, dan sekolah yang telah bekerja keras menjalankan program MBG. KPAI memastikan pengawasan akan terus dilaksanakan secara berkala agar seluruh anak memperoleh haknya atas gizi dan kesehatan yang layak. “Kami mendorong sinergi antar pihak agar program MBG benar-benar menciptakan anak-anak Indonesia yang lebih sehat, lebih kuat, dan siap menjadi generasi emas,” tutup Jasra Putra. (Ed:Kn)
