KPAI Cari Penyebab Bocah 2 Tahun Dianiaya Kekasih Ibunya hingga Tewas

TANGERANG – Kepala Divisi Sosialisasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda, berencana mengunjungi keluarga AAG (2) yang tewas dianiaya kekasih ibunya, MW (32), Selasa (15/11/2016).

Tujuan kedatangan Erlina adalah untuk mencari tahu apa yang melatarbelakangi penganiayaan tersebut.

“Selain ingin menyampaikan rasa duka cita, kami mau cari tahu, kenapa bisa sampai terjadi hal seperti itu. Karena, kalau dari pantauan kami dan laporan polisi selama ini, cukup banyak penganiayaan terhadap anak yang dilakukan orangtua kandungnya,” kata Erlinda, kepada Kompas.com, Kamis (17/11/2016) siang.

Menurut Erlinda, apa yang dialami AAG terjadi di banyak tempat dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.

Selain menggali dari pihak keluarga, KPAI juga ingin mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekitar yang dinilai memengaruhi perilaku keluarga di sana.

“Lebih jauh lagi, kami ingin memelajari tentang fenomena ini. Bagaimana orangtua kandung sekarang bisa tega menganiaya anaknya sendiri seperti itu,” tutur Erlinda.

AAG meninggal dunia setelah dianiaya MW di sebuah rumah di daerah Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.

MW membunuh buah hati dari DW, kekasihnya, karena menganggap AAG mirip dengan ayah kandungnya yang sering melontarkan kata-kata kasar kepada DW.

“Jadi DW ini dulu punya hubungan gelap dengan seorang pria, lalu hamil korban. DW ditinggal pergi sama pria itu dan merawat korban sampai berumur dua tahun sepuluh bulan, kemudian berhubungan dengan MW, pacarnya sekarang,” kata Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Ahmad Alexander saat dihubungi Kompas.com, Kamis pagi.

Ahmad menjelaskan, awalnya MW mengajak DW berkunjung ke kediamannya yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) penganiayaan terhadap AAG.

Di sana, DW curhat bahwa AAG sering mengucapkan kata-kata kasar kepadanya. Sikap itu dinilai mirip dengan perlakuan pria yang menghamili DW dulu.

“Korban dibilang nakal dan suka ngomong kasar. Lalu, MW memasukkan korban ke dalam lemari, memukulnya dengan tangan kosong. Korban mengalami luka memar di bagian badan, kepala, tangan, sama kaki, terus seketika mengalami sesak nafas,” tutur Ahmad.

Menyadari apa yang telah dilakukan terhadap AAG, MW pun membawanya ke klinik 24 jam dekat rumahnya yang kemudian oleh pihak klinik dirujuk ke Rumah Sakit Sari Asih Ciledug lalu ke RSUD Kota Tangerang Selatan.

Namun, AAG tidak terselamatkan, dia meninggal dunia setelah menjalani perawatan di sana.

Exit mobile version