KPAI : Dibagi Rp500 Ribu Anak-Anak Penjual Tissue, Jadi Korban Pedofil WNA

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendatangi Mapolres Polres Jakarta Selatan, Rabu (3/1). Kedatangan sejumlah komisioner itu untuk membahas kasus human trafficking dengan korban penjaja tissue yang masih di bawah umur. Tragisnya anak tersebut dipekerjakan sebagai pelacur dengan pelanggar warga negara asing (WNA).

Sejumlah anak jalanan yang sehari-hari menjajakan tissue diketahui menjadi korban humman trafficking. Dalam kasus ini, polisi telah menangkap satu orang WN Jepang bernama Akira Ando, 49, yang merupakan pelanggannya.

KPAI menduga, pengguna dan perantara dalam kasus ini juga terlibat dalam jaringan pedofilia internasional. “Kami lihat ada indikasi jaringan pedofilia internasional, terutama karena korban anak-anak dan kondisi memprihatinkan terutama fisik,” ujar Komisiner Bidang Trafficking dan Eksploitasi KPAI Ai Maryati Solihah.

Menurut Ai, kasus eksploitasi seksual anak biasanya bukan menyasar anak jalanan yang umumnya kurang memperhatikan penampilan. Selama ini, kasus human trafficking bermodus membujuk anak-anak hingga disalurkan ke para predator fedofilia. Aksinya bisa dilakukan di tempat-tempat wisata.

Namun dalam kasus ini, perekrutan anak maupun aksi pencabulan dilakukan di tengah kota. Menurut Ai, ini adalah modus baru yang perlu jadi perhatian polisi dan pemerintah. “Yang unik korban anak jalanan, kedua dia bertemu pertama di media online dengan perantaranya, saya kira ini pergeseran signifikan sebagai modus baru,” kata dia.

Komisioner KPAI bidang Sosial Susiana Afandi, mengatakan sejumlah korban sempat dikasih Rp 500 ribu. Awalnya hanya untuk menemani duduk saja di salah satu hotel, jajan, nonton bioskop dan belanja pakaian.

“Ada lima lokasi mereka melakukan kejahatan, di hotel berbintang, apartemen kawasan Casablanca dan Wisma kedutaan. Di Hotel Am Blok M, Hotel di salah satu kawasan Dharmawangsa, Mahakam, Kebayoran Baru, Jaksel,” paparnya.

Menurut Kanit PPA Polres Jaksel AKP Nunu Suparmi, ada beberapa pelaku lain yang juga WNA selain dari Jepang. “Dari pengakuan korban dan pelaku selain WN Jepang ada WNA lain namun masih dalam pengembangan kami,” katanya.

Exit mobile version