KPAI-FSGI: 53% Guru Berorientasi Kurikulum Saat Belajar dari Rumah

Proses belajar dari rumah. (Akbar Tado/Antara Foto)

Jakarta – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menggelar survei terkait metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama masa pandemi COVID-19. Hasil survei KPAI, 53 persen guru berorientasi pada penyelesaian kurikulum.

Survei dilakukan KPAI dan FSGI pada 16-20 April 2020 dengan total responden sebanyak 602 orang yang merupakan gabungan guru dari jenjang SD sampai SMA/sederajat di 14 provinsi dan 30 kabupaten/kota di Indonesia.

Pengambilan sampel survei menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik multistage random sampling. Adapun margin of error survei ini 0,5 persen. Responden terbanyak adalah guru SMA. Survei dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi guru dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ).

“Temuan dari KPAI dan FSGI, 53 persen guru itu dan sekolah masih berorientasi pada ketuntasan kompetensi dasar (KD), bahasa kami KD atau ketuntasan materi atau ketuntasan.. apa misalnya saya guru PPKn di semester dua ini ada 4 KD yang harus saya selesaikan kejar ke ketuntasan KD atau materi,” kata Wasekjen FGSI, Satriwan Salim dalam telekonferensi, Selasa (28/4/2020).

Sebanyak 24,4 persen guru mengatakan hanya menyelesaikan kurikulum apa adanya, sementara 22,6 persen lainnya mengatakan tidak mengejar ketercapaian kurikulum. Menurut Satriawan, hal ini bertentangan dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020.

“Artinya kalau dijumlah masih mayoritas yang berorientasi kepada penyelesaian pembelajaran. Dan kami pikir ini bentuk distorsi dari surat edaran tadi. Berarti ada yang tidak sampai pesannya kepada guru sekolah dan dinas pendidikan,” ucap Satriawan.

Dalam survei tersebut, menunjukkan banyak guru yang hanya menggunakan media sosial saat melakukan belajar dari rumah. Sebanyak 83,4 persen guru menggunakan media sosial (medsos) seperti WhatsApp, Line, Facebook, dan Instagram.

“Penggunaan medsos dominan di gunakan dalam pembelajaran daring,” kata Wasekjen FSGI Fahriza Tanjung dalam kesempatan yang sama.

Menurut Fahriza, penggunaan medsos dalam PJJ disebabkan karena guru sudah terbiasa menggunakan medsos. Dia menambahkan, selain guru, para siswa juga sudah fasih dalam menggunakan medsos.

“Kami sampaikan bahwa menonjolnya penggunaan media sosial ini karena memang sudah biasa digunakan oleh guru kemudian juga sudah biasa digunakan oleh siswa sehingga mungkin ini menjadi pilihan bagi guru untuk melaksanakan PJJ,” ujar Fahriza.

 

Sumber: https://news.detik.com

Exit mobile version