KPAI harap korban sodomi di Tangerang tak jadi bahan olok-olokan

JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia meminta masyarakat agar korban anak sodomi yang dilakukan oleh tersangka WS alias ‘Babeh’, seorang guru honorer Madrasah di Tangerang, Banten agar tidak dijadikan sasaran olok-olokan dalam keluarga, sekolah, tempat bermain serta lingkungan di mana anak tinggal.

“Korban anak tersebut merasakan bahwa apa yang mereka terima setelah peristiwa yang menimpa mereka berupa ejekan, lebih sakit dan membuat mereka luar biasa malu dibanding apa yang mereka alami dari peristiwa kejahatan seksual itu sendiri,” kata Komisioner Anak Berhadapan dengan Hukum KPAI Putu Elvina seperti dilansir dari Antara, Minggu (7/1).

Dia mengatakan setelah peristiwa tersebut penting untuk penguatan terhadap anak-anak baik secara psikologis, sosial dan membangun norma serta kesadaran hukum. Sehingga ini tidak menjadi framing pembenaran yang terpatri di pikiran anak agar mereka tidak menjadi korban lagi atau pelaku dikemudian hari.

Selain itu semua pihak penting menerapkan peringatan dini dalam aspek edukasi, pertama memberikan pemahaman dan edukasi kepada anak agar menjadi diri sendiri. Harapannya anak tidak mudah tergiur dengan ajakan untuk memperbaiki penampilan atau memiliki daya tarik magis dengan cara-cara yang salah dan menyesatkan.

Kedua, mengajarkan tentang pentingnya menjaga anggota tubuh terutama bagian tubuh yang terlarang secara sehat, ketiga, bagaimana anak berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal, berani menolak atau menghindari perilaku yang berisiko.

“Karena kepolosan anak-anak yang memiliki rasa penasaran yang tinggi saat ditawari tersangka dengan iming-iming memiliki ilmu kekebalan tubuh, dan memiliki aura tertentu yang membuat lawan jenis menjadi tertarik, menjadikan mereka korban yang mudah dibohongi dan diperdaya,” tutup Elvina.

Exit mobile version