KPAI Heran Banyak Anak dengan Imunisasi Lengkap Masih Terkena Difteri

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengunjungi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Kunjungan mereka untuk melihat bagaimana rumah sakit tersebut merawat pasien anak yang suspect difteri.
“Kita sudah mengetahui bahwa saat ini difteri telah menjadi kasus yang luar biasa dan Bu Menkes telah memberi atensi khusus pada kasus ini. Maka KPAI ingin memastikan kondisinya seperti apa di layanan-layanan kesehatan,” ujar Ketua KPAI Susanto kepada kumparan (kumparan.com) usai berkunjung di RSPI Sulianti Saroso, Jumat (15/12).
Menurutnya, RSPI dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan untuk penyakit tersebut. Maka ia didampingi Komisioner KPAI Sitti Hikmawatty ingin mengetahui jumlah anak dengan difteri yang dirawat di RSPI.
“Jadi kita tadi telah mendapat info dari manajemen ada 48 anak yang dirawat. Prinsipnya adalah kita ingin memastikan proses perawatan berjalan dengan baik. Ini juga menjadi titik masuk evaluasi terhadap layanan kesehatan serta perawatan yang baik,” ujar Susanto.
 
Susanto dan Sitti didampingi Kepala Bidang Medik dr Farida Harris masuk ke dalam ruang isolasi. Di dalam ruangan itu mereka bisa melihat dan berkomunikasi dengan pasien melalui monitor dan interkom. Ruangan ini adalah ruangan yang sama saat Menteri Kesehatan Nila F Moeloek berkunjung ke RSPI pada Senin (11/12).
“Kami berkomunikasi dengan mereka yang menunggu pasien. Mereka banyak menyampaikan terimakasih atas perawatan yang diberikan rumah sakit,” ujar Sitti.
Ia mengatakan dalam kunjungannya menemukan fakta adanya pasien yang dirawat meski catatan imunisasinya lengkap. Dari 17 pasien hanya dua yang tidak lengkap sedangkan sisanya lengkap.
“Ini yang akan menjadi kajian dan bahan evaluasi kami. Mengapa justru terhadap pasien-pasien yang mendapat imunisasi lengkap masih mendapat kasus ini. Ini salah satu titik poin yang akan kami telusuri,” ujar Sitti.
Menurutnya banyak faktor yang mengakibatkan hal tersebut. Dari kualitas vaksin misalnya. Kedua transportasi dari vaksin tersebut. Yang ketiga penanganan dari tenaga medis dalam memberikan vaksin tersebut.
“Tentu ini perlu kerja sama dari banyak pihak untuk mencari solusi yang baik seperti apa,” ujar Sitti.
Susanto menambahkan, ada kemungkinan hal tersebut berkaitan dengan vaksin palsu yang ditemukan beberapa waktu lalu. “Kami sedang mendalami apakah ada kaitannya dengan vaksin palsu. Sehingga anak yang sudah divaksin bisa terkena penyakit itu. Ini bagian dari kajian kita,” tutup Susanto.
Sebagai informasi RSPI saat ini merawat 73 pasien difteri. Rinciannya 48 anak-anak dan 25 pasien dewasa. Jumlah ini meningkat dari data yang diterima kumparan pada Kamis (14/12), saat itu jumlah pasien difteri RSPI berjumlah 57 orang.
Exit mobile version