KPAI: Jadikan Hari Sumpah Pemuda Momentum Lawan Kejahatan Anak

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengajak para pemuda berjihad melawan kejahatan anak. Ketua KPAI, Susanto, menginginkan agar Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober, dijadikan momentum untuk memerangi kejahatan anak.
“Peringatan hari sumpah pemuda harus dijadikan momentum untuk menggelorakan semangat jihad melawan kejahatan terhadap anak. Pemuda tak boleh kalah dengan pelaku kejahatan anak. Pencegahan harus menjadi gerakan kolektif pemuda. Penanganan kasus anak harus menjadi panggilan jiwa pemuda,” ujar Susanto dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan (kumparan.com), Minggu (29/10).
Susanto lantas membagi kejahatan anak ke dalam 4 masalah. Tak bisa dipungkiri, keempat masalah tersebut masih menjadi permasalahan serius yang dialami sebagian anak Indonesia.
Masalah pertama adalah terorisme. Susanto mengatakan, terorisme yang kerap menyasar anak dan remaja, merupakan menu baru penjajahan di era kini. “Bahkan mereka merupakan kelompok sasaran strategis yang terus diincar,” ujarnya.
Kedua, yakni masalah pornografi. Ekspansi distribusi pornografi, kata Susanto, semakin serius menjadikan anak sebagai target kejahatan. Ia menuturkan, masalah pornografi sering memicu terjadinya penyimpangan seksual pada anak –di samping faktor minimnya kontrol sosial.
Ketiga, yang paling dikhawatirkan, adalah perdagangan narkotika melalui pendekatan teknologi. Kejahatan berbasis siber kini dipilih menjadi modus baru bagi pelaku kejahatan.
“Pergerakan ini semakin menyulitkan orang sekitar anak, dalam memantau sindikat ini. Untuk kelompok orang tua tertentu modus ini tentu menjadikan orang tua semakin kewalahan memastikan anak agar tak terpapar narkotika, apalagi seringkali modusnya sangat rapih,” tutur Susanto.
Terakhir, adalah kasus eksploitasi anak untuk kepentingan ekonomi. Hal itu dibuktikan dengan buntut insiden kebakaran gudang petasan Kosambi, Tangerang yang terjadi beberapa hari lalu.
Dari penyelidikan kasus kebakaran yang menewaskan 48 orang itu, terungkap fakta bahwa banyak anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan di gudang tersebut.
“Terbaru ada dugaan pabrik petasan di tengerang menghebohkan publik. Ia diduga melibatkan anak bekerja di sektor berbahaya dengan gaji rendah dan target tinggi,” beber Susanto.
“Pemuda merupakan pelaku sejarah yang tak bisa dilupakan dari proses memerdekakan Indonesia. Dulu, peran pemuda melawan penjajah sangat gigih. Karena penjajahan tidak senafas dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konstitusi,” sambungnya.
Exit mobile version