KPAI : Kasus Eksploitasi Anak dalam Sorotan

SAMARINDA belum layak anak bisa jadi benar. Itu terlihat dari banyaknya angka kekerasan terhadap anak yang terus bertumbuh. Belum lagi minimnya korban yang melapor, menjadikan perkara itu bak fenomena gunung es.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Samarinda AKP Sekar Wijayanti membenarkan peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap anak. Jenis kasus pun beragam. Mulai persetubuhan, pencabulan, tindak pidana perdagangan orang (TPPO) hingga pemerkosaan. “Sudah ada 36 kasus. Itu permasalahan serius,” sebut Sekar.

Lanjut sekar, itu adalah data per semester I. Masih mungkin bertambah hingga menjelang peralihan tahun. Jumlah tersebut alami peningkatan. Pada 2016, jumlahnya tercatat 30 kasus. Pertumbuhan angka kasus tersebut tak membuat Sekar heran. Pasalnya, masih banyak orangtua yang tidak memperhatikan pergaulan anak hingga kebablasan.

Lanjut Sekar, pihaknya juga menyorot fenomena eksploitasi anak untuk mencari nafkah di beberapa persimpangan jalan Kota Tepian. “Kami masih cari di mana lokasi mereka beristirahat. Bukan untuk ditangkap, melainkan memberi edukasi khusus,” tegas Sekar.

Dia menegaskan, aparat penegak hukum takkan main-main dalam menghukum pelaku. Namun, perwira polisi yang pernah menjabat kapolsekta Samarinda Ulu itu menilai, anak remaja juga harus bisa memagari diri dari kegiatan negatif.

Sebelumnya, ketua harian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda Adji Suwignya menerangkan, Samarinda belum ideal sebagai kota laik anak. “Masih banyak kenakalan remaja, pemerintahnya juga masih belum tegas,” sebut Adji.

Adji menambahkan, terdapat ratusan kasus yang ditangani KPAI. Dia menilai, penangan tidak harus terfokus kepada pelaku. Korban juga perlu perhatian. “Trauma itu tak hilang begitu saja,” sebutnya. KPAI juga menggandeng psikolog khusus untuk bisa mengurangi rasa trauma setelah menjadi korban kekerasan dan seksual.

Adji menegaskan, dia enggan membahas soal jumlah kasus yang tengah ditangani. “Harus dipikirkan bagaimana persoalan ini bisa diredam,” tegas Adji. Jika terus membahas permasalahan, persoalan anak dan perempuan bakal terus terjadi dan diprediksi terus meningkat.

Exit mobile version