KPAI : Kuartet ABG Curi Motor

EMPAT bocah masing-masing berinisial AJ, RM, MF, dan RS jalan bergerombol menuju lobi Mapolsekta Samarinda Seberang, Selasa (17/10) siang. Mereka berjalan diiringi sejumlah polisi berpakaian sipil. Keempatnya sama-sama berusia 14 tahun. Dua di antaranya berstatus pelajar SMP. Sedangkan dua lagi putus sekolah. Berada di markas kepolisian, mereka menjalani pemeriksaan atas perkara pencurian kendaraan bermotor (curanmor).

Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Seberang Iptu Dedi Setiawan menjelaskan, kasus tersebut terungkap setelah kepolisian menggelar penyelidikan. “Miris ketika tahu bahwa pelakunya anak-anak,” ucap perwira Polri berpangkat balok dua itu. Pemeriksaan keempat anak baru gede (ABG) itu ditangani polisi wanita (polwan).

Kendati di bawah 17 tahun, penegakan hukum tetap berjalan. Hanya, mereka mendapat perlakuan berbeda dari pelaku dewasa. Polisi menerapkan sistem peradilan pidana anak dengan menempuh diversi atau mengupayakan tak terjerat hukum. “Kami coba fasilitasi bertemu dengan korban,” imbuh Dedi. Menjalani tahap tersebut, kepolisian berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Samarinda serta Balai Pemasyarakatan (Bapas) Samarinda.

Dia menjelaskan, empat remaja itu diringkus di tempat terpisah. Petugas menyita empat motor sebagai barang bukti curian mereka. Ada pula gunting yang dipakai untuk membuka paksa lubang kontak motor.

RS dalam pengakuannya hanya mengikuti gerombolan tersebut. Saat beraksi, dia kebagian tugas mengawasi sekitar lokasi kejadian. “Dipakai sama-sama. Tidak dijual motornya,” sebut RS. Motor-motor gelap itu digunakan untuk balapan liar. Kondisi motor disamarkan dengan mengubah onderdil dan warna. Sebelum beraksi, lanjut Dedi, komplotan itu terlebih dulu mempraktikkan cara tersebut ke motor masing-masing.

Meski sedang menempuh diversi, kepolisian tetap mendalami perkara tersebut. Itu untuk membuka kemungkinan aksi lain yang belum terekspos.

Sementara itu, Ketua Harian KPAI Samarinda Aji Suwignyo menerangkan, dalam perkara tersebut, mereka berkewajiban mendampingi para pelaku. “Sejauh ini fokus diversi. Tapi untuk yang tidak sekolah, kami rawat sementara waktu,” terangnya

Exit mobile version