Seorang siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Tanjung Duren berinisial PI nyaris menjadi korban penculikan saat pulang sekolah di Jalan Tanjung Duren Dalam V, RT 11/03, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Terkait hal itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, peristiwa tersebut setidaknya akan membawa dampak psikologis kepada sekolah dan lingkungan sekitar. “Penting untuk mengurangi hal tersebut, serta mempercepat pengungkapan peristiwa, satuan sekolah, masyarakat sekitar segera melaporkan apa pun yang dianggap mencurigakan,” kata Komisioner KPAI Jasra Putra kepada Okezone, Kamis (14/9/2017).
KPAI menganjurkan kepada seluruh pihak bila melihat, mendengar, atau merasakan hal-hal yang sekiranya berhubungan dengan upaya penculikan untuk segera melapor. Menurut Jasra, dukungan cepat menjadi penting agar aparat kepolisian dapat mengungkap, serta cepat mencari jejak penculik yang diduga masih membawa dua anak yang disekap dalam mobil.
Jasra mengatakan, sekolah perlu melakukan pemetaan lingkungan, terutama terhadap siswa siswinya yang masih mempunyai kegiatan sepulang sekolah. Pasalnya, kejadian di SDN Tanjung Duren itu bermula ketika anak-anak hendak les setelah sekolah.
“Orangtua diingatkan untuk memerhatikan dan berkomunikasi dengan anaknya. Melalui sekolah, lingkungan anak dan tempat les. Agar tidak lengah dan membangun kewaspadaan,” tutur dia.
Jasra melanjutkan, kekosongan perhatian kepada anak akan menjadi tanggung jawab siapa, terutama pada jam-jam rawan sepulang sekolah. Orangtua diminta lebih memerhatikan anak-anaknya.
“Bahwa dalam perlindungan anak memang butuh gerakan sekampung,” ujar Jasra.
Ia mengungkapkan, kejadian penculikan merupakan peristiwa yang diduga terencana dan profesional. Artinya, berita-berita yang selama ini kerap bermunculan soal eksploitasi anak benar-benar bisa terjadi.
“Perlu pendalaman motif tersebut dari pihak kepolisian agar menghilangkan ketakutan para orang tua dan sekolah,” tutur Jasra.
Selain itu, KPAI juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Dinas Pendidikan DKI untuk melengkapi fasilitas sekolah dengan kamera CCTV. Sebab, telah lama kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar terjadi, serta membutuhkan alat bantu agar dapat mengungkap peristiwa dengan baik.
“Kejadian ini mengingatkan pemerintah untuk terus giat membangun ruang fasilitas terbuka ramah anak. Apalagi Provinsi DKI sudah mendapat penghargaan Kota Layak Anak, akhirnya harus ditingkatkan. Bukan justru menghilangkan kebijakan dan anggaran RPTRA,” kata Jasra.
“Begitu juga anggaran dari Dana Desa harusnya dapat dialokasikan untuk penyelenggaraan perlindungan anak, atas komitmen menempatkan anak di setiap segala dampak kebijakan,” ucapnya.
Komitmen Pemprov DKI untuk menciptakan Jakarta Kota Laya Anak harus segera diwujudkan. Sebelumnya, beredar sebuah video di media sosial tentang pengakuan seorang siswi SD berinisial PI yang hampir diculik oleh sekelompok orang. Siswi yang diketahui bersekolah di SDN Tanjung Duren itu sempat dibekap mulutnya. “Terus aku gigit dan aku lari,” kata PI dalam video.
Selain itu, PI mengaku sempat melihat di dalam mobil pelaku ada dua anak kecil yang menggunakan seragam sekolah dan mulutnya ditutup lakban. Bocah malang itu menangis. Hingga kini, Polsek Tanjung Duren tengah melakukan pemeriksaan di lingkungan sekolah atas dugaan percobaan penculikan tersebut.