KPAI Minta Polisi Usut di Balik Aksi Anak Teriak Bunuh Ahok

JAKARTA — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akan melaporkan ke polisi terkait beredarnya video viral di media sosial yang merekam anak-anak berteriak dan bernyanyi dengan kalimat penuh kekerasan: bunuh si Ahok sekarang juga. KPAI meminta polisi mengusut orang dewasa yang terlibat dalam aksi tersebut.

“Hal ini tak boleh dibiarkan terjadi, orang-orang dewasa yang sengaja menskenariokan (aksi) harus dimintai tanggung jawab,” kata Sekretaris KPAI Erlinda dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (25/5).

Video viral di media sosial yang merekam anak-anak berteriak dan bernyanyi dengan kalimat yang mengandung kekerasan, diduga diambil saat pawai menyambut bulan Ramadan di sekitar kawasan Jakarta, Rabu (24/5). Dalam video yang diambil pada malam hari itu tampak anak-anak dan orang dewasa berpakaian serba putih berpawai membawa bendera dan obor.

Pawai ini diduga sebelum ledakan bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Namun, belum diketahui lokasi diambilnya video tersebut. Salah satu ormas, Front Pembela Islam (FPI) diketahui melakukan pawai obor di hari yang sama.

Erlinda mengatakan orang-orang dewasa yang mendengar atau melihat aksi anak-anak yang mengucapkan kalimat kekerasan itu seharusnya segera menghentikan.

“Itu sama saja penanaman pembencian dan menanam benih teror,” kata Erlida.

Dia tak habis pikir anak-anak mengagungkan pembunuhan kepada Ahok, nama populer dari Basuki Tjahaja Purnama, mantan gubernur DKI Jakarta yang divonis dua tahun penjara dalam kasus penodaaan agama.

Erlinda juga mengungkapkan anak-anak dalam video tersebut perlu diketahui identitasnya untuk kemudian segera menjalani program rehabilitasi.

“Kami akan kerjasama dengan para psikolog dan orang ahli menangani ini. Anak-anak itu perlu mendapatkan pemahaman menjaga toleransi dan memberi perspektif anti-kekerasan,” kata dia.

Erlinda mengungkapkan KPAI telah bekerja sama beberapa kali dengan para ahli psikolog dan juga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menangani anak-anak yang terpengaruh pemahaman teroris Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).

Ketua Komisi Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan perilaku anak-anak yang melakukan kekerasan verbal itu karena meniru orang dewasa di lingkungannya.

“Fungsi rumah dan lingkungan seharusnya menanamkan kebaikan kepada anak-anak, bukan sebaliknya,” kata Arist.

Aksi menanamakan kebencian ini, kata Arist, kontroversial dengan momen menyambut bulan sudi Ramadan. “Secara etika agama hal itu pun tak dibenarkan,” kata dia.

Sebelumnya Komnas PA menemukan fenomena benih-benih kebencian berdasarkan aspek keagamaan yang telah menjamah anak-anak usia dini. Di beberapa derah muncul fenomena anak-anak mengolok temannya yang berbeda agama dengan sebutan kafir.

Exit mobile version