Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, orangtua harus berperan aktif mengawasi tontonan dan game yang dimainkan anak-anak. Hal ini menyusul kasus kekerasan yang dilakukan siswa SD di Makasar, Jakarta Timur hingga menyebabkan temannya tewas.
“Orangtua perlu menjauhkan anak-anak dari paparan film-film dan game kekerasan. Sebab, anak-anak cenderung meniru tindakan-tindakan kekerasan tersebut,” kata Sekretaris KPAI Erlinda di Gedung KPAI, Jakarta, Senin (5/4/2014).
Menurut dia, kekerasan yang dilakukan anak SD di Jakarta Timur diduga karena pengaruh sering menonton film-film yang sarat kekerasan. Hiburan seperti film, sinetron dan berbagai game elektronik memiliki peran besar dalam membentuk pola pikir anak. Mereka cenderung terinspirasi ingin menjadi seperti tokoh dalam film atau game kekerasan tersebut.
“Anak melihat tontonan dan game kekerasan, melihat bagaimana cara memukul, menendang hingga membunuh. Ini berbahaya bagi perkembangan anak-anak,” sambung dia.
Untuk itu, KPAI mengharapkan peran orangtua untuk ikut mengawasi tontonan dan game yang dimainkan anak-anak. Orangtua juga perlu membangun komunikasi yang intens dengan anak-anak sehingga bisa lebih dekat dengan mereka.
“Perlu ada komitmen dan kesadaran orangtua dalam membimbing dan mengasuh anak-anak. Untuk itu, anak-anak harus terus dibimbing ketika menonton sinetron, film atau bermain game,” pungkasnya.
Hingga saat ini KPAI bekerjasama dengan pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus penganiayaan yang menyebabkan Ranggo Khadafi tewas. Penganiayaan diduga dilakukan kakak kelas Ranggo, berinisial SY di Makasar, Jakarta Timur.
Salam damai, Maaf mas Davit, jika saya komentari. Tak bisa dipungkiri dijaman sekarang semua orang tua tidak bisa menjaga anak 24 jam nonstop, baik yg didesa terlebih dikota besar dengan alasan masing-masing. Pemerintah juga harus TURUN TANGAN, untuk Penegakan hukum dan Pencegahannya. Bagaimana caranya..? Tentu pemerintah lebih tahu, dan lebih PANDAI dari saya. Semua hal jangan hanya diberantas di hilir saja tapi cari hulunya (sumbernya). Contohnya : Film tak layak kok bisa dengan mudah tersiar di stasiun TV, bahkan film kartun anak pun ada yang tak layak ditonton anak. Apa benar Lembaga Sensor Film yang meloloskan atau stasiun TVnya yang… Selengkapnya