KPAI : Rintihan Bocah Terlantar: ‘Buka Pintu, Bu…’

Sambil menenteng buku gambar, bocah laki-laki yang telah gondrong rambutnya itu berlarian ke sana-ke mari. Begitu lasak, tak peduli jika sedang ada Bu Menteri yang tengah membesuknya.

D mungkin tak mengenal pejabat sekelas Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise. Perhatiannya tercurah pada buku gambar yang tak pernah lepas dari tangannya. Bocah 8 tahun itu memang hobi menggambar, coretan tentang apa saja.

“Ini teman-teman,” kata D saat ditanya tentang siapa sosok dalam gambar yang tengah bergandengan tangan di bukunya, Senin, 18 Mei 2015.

Siapa saja mereka? “Lupa,” ucap anak ke-3 dari 5 bersaudara itu.

D kini tinggal di Safe House SOS Children’s Village Desa Taruna Indonesia, Cibubur, Jakarta Timur — rumah aman bagi korban penelantaran anak.

Pada 14 Mei 2015 lalu dia bersama 4 saudarinya, C dan L (10), D (8), Al (5), dan DA (3) dijauhkan dari ayah-ibu mereka. Juga dari rumah besar mereka di Citra Gran Cibubur. Tapi, mungkin itu yang terbaik.

“Mohon disadari KPAI melakukan hal ini sangat dilematis, satu sisi kami tidak ingin memisahkan kedua orangtua dengan anak-anak mereka,” kata Sekjeretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda pada 15 Mei 2015.

“Namun satu sisi perlakuan-perlakuan ini bisa berpotensi menyebabkan anak-anak ini terganggu fungsi sosialnya, terganggu psikologi yang cukup dalam dan akan membentuk konsep diri yang tidak baik untuk anak-anak ini ke depannya,” imbuh dia.

Sebelum diselamatkan, hampir setiap malam selama 1 bulan, D harus tidur di pos satpam lantaran dilarang masuk ke dalam rumah oleh orangtuanya dengan alasan kedisiplinan.

Anak bau kencur itu juga hanya bisa makan dari belas kasihan para tetangga.

Sementara, para kakak dan adik perempuannya bertahan dalam rumah itu. Terkurung bersama sampah yang berserakan dan sikap ayah-ibu mereka yang temperamental.

Hanya teriakan minta tolong yang sesekali terdengar sayup-sayup dari dalam rumah.

Maka hari itu, 14 Mei 2015, para tetangga bersama KPAI dan kepolisian terpaksa mendobrak pintu rumah itu setelah ketukan pintu dan salam mereka tak kunjung disambut baik.

Ayah dan bunda mereka, UP dan NS dibawa kepolisian. Sementara bocah-bocah malang itu diajak tinggal di rumah aman.

“Mereka telah menemukan banyak teman-teman. Sebelumnya, keempat anak gadis ini susah untuk berinteraksi. Di sini dia langsung ketemu teman baru dan 2 hari ini mereka banyak tersenyum dan bermain. Ini suatu kemajuan yang sangat kita hargai,” kata National Director SOS Gregor Hadi pada 16 Mei 2015.

Exit mobile version