KPAI Sebut Seratusan Anak Jadi Yatim akibat Tragedi KM Sinar Bangun

VIVA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI mencatat lebih seratus anak menjadi yatim-piatu, karena orang tua mereka menjadi korban meninggal dunia atau hilang dalam musibah kapal Sinar Maju yang tenggelam di perairan Danau Toba, Sumatera Utara.

Tiga di antaranya, menurut KPAI, bahkan merupakan korban langsung musibah kecelakaan kapal itu. Mereka adalah korban yang selamat, namun orang tua mereka meninggal dunia atau hilang.

KPAI menyambut baik komitmen Pemerintah Kabupaten Samosir maupun pemerintah pusat yang berkomitmen menanggung semua biaya pendidikan anak-anak yatim-piatu itu, selain uang santunan asuransi.

“KPAI mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Samosir akan menanggung semua biaya pendidikan anak korban yang ditinggal keluarga, minimal untuk pendidikan dasar serta beberapa anak yang saat ini akan masuk SMA,” kata Ai Maryati Solihah, Komisioner KPAI, melalui keterangan tertulis kepada VIVA pada Kamis, 5 Juli 2018.

Maryati telah bertemu Wakil Bupati Juang Sinaga di Samosir kemarin untuk membahas penanganan khusus anak-anak korban kecelakaan kapal itu. Dia mengingatkan bahwa tindakan yang paling mendesak ialah pemulihan secara medis dan psikologis untuk memastikan kesehatan fisik dan mengikis trauma anak-anak korban selamat.

“Wakil bupati Samosir berjanji akan memfasilitasi penyelenggaraan bimbingan psikologis tersebut,” katanya.

Sarana keselamatan anak

Maryati mengingatkan juga pemerintah setempat tentang komitmennya menyediakan sarana transportasi yang ramah anak. Berdasarkan temuan KPAI, kapal Sinar Bangun tak hanya melebihi kapasitas dan ketiadaan manifes, tetapi juga perangkat keselamatan seperti pelampung (life jacket) khusus anak.

Aspek terakhir itu saja, menurut Maryati, sudah fatal dan wajib menjadi bahan evaluasi oleh pemerintah setempat. Apalagi saat insiden itu memang rawan karena sedang masa libur Idul Fitri dan puncak kunjungan wisata di Danau Toba.

KPAI mendesak Pemerintah Kabupaten Samosir juga memperbaiki sarana transportasi di Danau Toba, terutama yang berhubungan dengan anak-anak.

“Salah satu yang paling terkait adalah pembenahan dermaga ruang tunggu yang ramah anak, fasilitas ruangan menyusui, kelengkapan sarana toilet dan fasilitas umum, serta akses yang layak untuk penyandang disabilitas,” katanya.

Exit mobile version