Minta Maaf, Yudhistira Ganti Yerusalem Jadi Ibu Kota Palestina

JAKARTA – PT Yudhistira Ghalia Indonesia meminta maaf dan mengakui lalai terkait buku ‘Yerusalem Ibu Kota Israel’ yang menuai polemik. Seluruh buku IPS kelas VI SD kurikulum 2006 (KTSP) itu sedang dalam proses penarikan dari peredaran.

Pernyataan tersebut disampaikan pihak Yudhistira dalam jumpa pers bersama KPAI di kantor KPAI, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2017). Hadir dalam agenda ini Ketua KPAI Susanto, komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, dan Wakil Kepala Penerbit Yudistira, Djadja Subagdja.

“Yudhistira akan menarik buku itu. Sebagian sudah ditarik. Untuk yang di sekolah-sekolah, Yudhistira menawarkan dua cara, apakah buku itu ditarik dengan yang baru atau kedua istilahnya ditambahkan atau disisipkan,” kata Retno.

Retno menjelaskan, PT Yudhistira telah mengakui kelalaiannya. Mereka menggunakan internet sebagai referensi serta belum melalui proses penilaian buku.

“Betul bahwa mereka mengutip hal yang salah, itu referensinya memang internet. Padahal dalam penilaian perbukuan juga didorong untuk penulis tidak mengambil data sepenting itu dari internet,” kata Retno.

“Kemudian yang kedua buku ini memang diakui oleh Yudhistira belum melalui proses penilaian buku dan diakui terbit sejak tahun 2010. Kira-kira demikian,” imbuhnya.

Sementara itu, di lokasi yang sama, Djadja Subagdja juga meminta maaf secara langsung. Ia juga mengaku telah bertemu dengan Majelis Ulama Indonesia terkait polemik isi buku tersebut.

“Pertama sekali lagi saya memohon maaf kepada publik, kepada pihak KPAI, masyarakat umat Islam terutama. Kami sudah bertemu pihak MUI pada minggu lalu, tepatnya hari Jumat, dan meminta maaf atas kesalahan pada percetakan,” ucap Djadja.

Ia mengatakan penyebutan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam buku itu bukan suatu hal yang disengaja. Yudhistira pun sudah melakukan revisi dan telah memberikan contoh revisinya kepada KPAI.

“Tentunya ini dalam rangka mengklarifikasi betul-betul kesalahan penerbit, ini bukan ada kesengajaan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sama sekali tidak ada unsur kesengajaan,” tuturnya.

“Sebagai bentuk pertanggungjawaban, kami sudah mencetak yang baru dan sudah kami berikan kepada pihak KPAI contoh satu eksemplar dan yang lama kami tarik. Sebelum kami tarik yang lama, kami berikan terlebih dahulu yang sudah diperbarui,” sambungnya.

Diberitakan sebelumnya, di buku IPS kelas VI yang dicetak oleh Yudhistira, pada bahasan negara-negara di Benua Asia, ada tabel negara-negara di Benua Asia. Tabel tersebut terdiri atas tiga kolom, yaitu kolom nomor, nama negara, dan nama ibu kota negara. Nama negara diurut sesuai abjad, negara Israel pada urutan nomor 7 dan di kolom ibu kota tertulis ‘Jerusalem’. Sedangkan negara Palestina di urutan 12 dengan ibu kotanya hanya diisi tanda hubung (-) alias kosong. 

Pada edisi revisinya, Yudhistira telah mengganti ibu kota Israel menjadi Tel Aviv, sementara Yerusalem telah tercantum sebagai ibu kota Palestina. 

Exit mobile version