Omnibuslaw Bisa Saja Penggal Masa Depan Anak

PADANG – Orientasi bersekolah di Indonesia adalah bagaimana anak bisa mandiri. Kemandirian baru bisa dicapai bila masuk dunia kerja. Tanpa disadari, bersekolah di negeri kita selama ini adalah langkah sistematis untuk mendapatkan pekerjaan.

Demikian dikatakan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra, Kamis (12/3), dalam suatu perbincangan, di Padang.

“Anak-anak ditanya, mau jadi apa? Jawabannya adalah guru, pilot, dokter, polisi, supir. Semua itu cita-cita yang sangat baik. Satu hal yang harus kita sadari dalam konteks ini, dunia bekerja itu adalah dunia buruh,” kata komisioner yang membidangi hak sipil dan partisipasi anak tersebut.

Menurutnya, orang harus bekerja atau menjadi buruh pada level pimpinannya atau bekerja dengan orang lain. Tak peduli ia bekerja sebagai polisi, aparat, PNS, swasta maupun pribadi. Mereka, ujarnya, semua akan bekerja dalam generasi Omnibuslaw.

Omnibuslaw, menurut Jasra, adalah aturan yang menggabungkan semua aturan menjadi satu untuk menciptakan lapangan kerja yang bejibun. Namun, ucapnya bernada tanya, sudahkah payung hukum cipta kerja ini sesuai dengan pengorbanan kita, sebanding dengan kita dan negara membesarkan anak anak bangsa.

“Apakah anak-anak kita menjadi generasi pesakitan undang-undang ini? Atau Omnibuslaw bisa memastikan masa depan anak-anak bangsa. Apakah ketidaktahuan kita akan Omnibuslaw  akan meregenerasi kepada anak, cucu, buyut, sampai tua nanti. Bahwa 10 sampai 15 tahun lagi anak kita akan memasuki dunia kerja,” tuturnya.

Bayangkan, kata Jasra, bila Omnibuslaw sudah berjalan, kemudian anak-anak itu kembali datang kepada kita ‘dari tempat mereka bekerja’, dan berkata, “Ayah bunda adakah uang buat makan, adakah uang buat sakit, adalah harga diri kami dengan persaingan orang di luar sana?

Soal kemandirian dan jaminan kesejahteraan pekerja setelah UU Omnibuslaw berlaku, memang menyisakan banyak tanya. Apalagi, ucapnya, anak-anak saat ini adalah generasi menonton, generasi peniru, stress belajar, generasi ABG, generasi z. Generasi yang tidak mendapatkan ruang bermain yang layak.

Sementara di sisi lain, para orang tua ingin anak-anaknya bekerja di tempat yang keren, dijamin kesejahteraannya dan dijamin pula  kesehatannya.

 

Sumber: https://www.fajarsumbar.com

Exit mobile version