PAUD Ramah Anak, Bagaimana Cara Mewujudkannya?

JAKARTA – Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengungkapkan, 87 persen guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jabodetabek rentan melakukan kekerasan yang bersifat verbal dan psikis.
Ia mengatakan, ucapan seperti “masa tidak bisa” dan tindakan membanding-bandingkan antar satu anak dengan yang lainnya juga merupakan kekerasan pada anak secara psikis.
“Kita riset di seratus PAUD di Jabodetabek. Delapan puluh tujuh persen guru rentan melakukan kekerasan pada anak,” kata Susanto.
Hal itu ia ungkapkan saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Nasional bertema Prospek Tantangan Guru PAUD Pada Era Global yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Gedung PBNU, Sabtu (29/4).
Oleh karena itu, Susanto menyatakan, perlu mengembangkan model PAUD yang ramah anak agar anak didik bisa tumbuh berkembang dengan baik. Baginya, PAUD ramah anak adalah model pendidikan yang aman, memenuhi hak-hak anak, bersih, sehat, dan melibatkan anak dalam proses pembelajaran.
Lalu, bagaimana menciptakan PAUD yang ramah anak? Susanto menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang harus dipersiapkan. Pertama, kualitas anak didik. Ia mengatakan, untuk meningkatkan kualitas anak didik bisa dimulai dari konsumsi makanan yang bergizi.
“Makanan yang bergizi itu tidak harus mahal,” tegasnya.
Kedua, kualitas konten seperti buku-buku dan bahan ajar. Ia menyayangkan, ada beberapa PAUD yang teridentifikasi menggunakan buku-buku yang tidak cocok dengan anak usia dini seperti konten radikalisme, poligami, dan masturbasi.
“Kita temukan itu. Kita panggil penerbitnya, penulisnya, dan editornya untuk menarik semua buku yang sudah tersebar dan tidak akan mengulanginya lagi,” urainya.
Ketiga, kualitas lingkungan. Ia menilai, PAUD ramah anak harus jauh dari jalan raya, tempatnya sepi sunyi, dan tidak bising. “Kalau letaknya di tengah-tengah perumahan itu lebih bagus,” ucapnya.
Ia mengakui, masih banyak PAUD yang belum ramah anak. Namun demikian, ia mengaku optimis jika para guru dan pendiri PAUD memiliki semangat yang tidak surut dalam mengembangkan PAUD ramah anak, maka PAUD ramah anak akan semakin banyak.
Exit mobile version