Pemulihan Psikis Korban Predator Seks Babe Butuh Waktu

JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan kesiapannya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tangerang, terkait proses penanganan trauma healing dan fisik korban percabulan.

Komisioner KPAI, Putu Elvina mengatakan, upaya itu dilakukan untuk memulihkan psikis korban.

“Butuh waktu dan setiap anak sudah harus di screening. Semakin besar traumanya akan semakin lama trauma healingnya,” ujar Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Putu Elvina di Tangerang, Selasa (9/1)

Pemerintah Kabupaten Tangerang menginformasikan sudah ada dua rumah sakit besar dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang mendukung proses ini.

KPAI menyambut baik hal tersebut, dan akan terus bertukar informasi dengan pihak tenaga kesehatan.

“Jadi sudah bersiap dari RSUD Tangerang dan Balaraja serta IDAI. Saya pikir tidak ada masalah karena dari sekian anak sudah di grade berapa yang berat dan ringan. Mereka akan fokus disitu,” jelas Putu.

KPAI berharap agar orang tua para korban juga mau bekerja sama dalam menjalani trauma healing untuk anak mereka.

Walaupun, Putu mengatakan hanya waktu yang bisa menjawab lama atau tidaknya seorang anak bisa pulih.

“Paling penting bagaimana orangtua mau support agar anak-anaknya mau menjalani trauma healing. Karena beberapa kasus, keluarga tersebut putus dijalan melakukan trauma healing,” ujar Putu.

Sebelumnya, sekitar 41 anak menjadi korban asusila yang dilakkan WS atau Babe.

Total ada sekitar 41 anak laki-laki. Mayoritas merupakan warga Kampung Sakem, Desa Tamiang, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang.

WS sendiri merupakan seorang guru honorer dan mengaku melakukan pelecehan seksual karena telah lama ditinggal istrinya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia.

Exit mobile version