Pesan KPAI untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Anak

DEPOK – Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat 110 dari 187 negara. Peringkat tersebut naik jika dibandingkan pada 2014. Namun demikian, pencapaian tersebut belum bisa dibanggakan.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan bahwa beragam kasus kekerasan atas nama pendidikan masih sering terjadi. Meski sejumlah lembaga pendidikan sudah mulai melakukan perbaikan, adanya sejumlah kasus kekerasan di satuan pendidikan merupakan fakta yang tak dapat ditutup-tutupi.

“Apapun justifikasinya, kekerasan berdampak pada penumpulan dan pelemahan kualitas anak Indonesia sebagai performa SDM (sumber daya manusia) masa depan. Kondisi ini jika dibiarkan, akan melemahkan bangsa dan negara,” katanya kepada wartawan di Depok, Jawa Barat, Minggu (24/7/2016).

Ia menyerukan, Peringatan hari Anak Nasional (HAN) 2016, perlu menjadi momentum kemajuan perlindungan anak. Setidaknya ada enam pesan untuk para guru.

Pertama, pastikan proses pendidikan berlangsung dengan nyaman, menyenangkan dan membelajarkan untuk semua anak. Adanya anak yang lemah dan cerdas secara akademik, bukan berarti dimaknai sebagai takdir, namun karena proses pendidikan yang belum membelajarkan semua anak sesuai dengan karakteristik dan gaya belajarnya masing-masing.

Kedua, kembangkan model–model pendisiplinan positif dalam pendidikan. Tumbuhkan kesadaran untuk disiplin, bukan disiplin karena takut mendapat hukuman.

Kemudian yang ketiga pastikan anak tidak menjadi pelaku dan korban intimidasi atau bullying di satuan pendidikan. Sejumlah penelitian melaporkan, anak menjadi korban intimidasi memiliki korelasi signifikan terhadap lemahnya prestasi belajar.

Keempat, pastikan tak ada buku yang berkonten kekerasan, sadisme, pornografi dan radikalisme. Karena konten tersebut, ujar Susanto, berpotensi diimitasi oleh anak dan melemahkan kualitas pendidikan.

Kelima, pastikan lingkungan sekolah steril dari rokok dan zat adiktif. Karena sangat membahayakan bagi kesehatan anak.

Terakhir pastikan anak mendapatkan literasi memanfaatkan internet secara sehat. Beragam kasus anak menjadi pelaku kekerasan bahkan kekerasan seksual, tampaknya sebagian dipengaruhi oleh lemahnya literasi internet pada anak.

Exit mobile version