PGRI MENDORONG TINDAK LANJUT MoU DENGAN KPAI

Keinginan segera mengimplementasikan Mou PGRI dengan KPAI tersebut diutarakan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia, Sulistyo,  pada rapat koordinasi PB PGRI, Kamis 19 Desember 2013  di Jl. Abdul Muis Nomor 28 A Jakarta Pusat Rapat yang salah satunya menagendakan pembahasan tentang problematika pendidikan di Indonesia itu menghadirkan Ketua KPAI, Badriyah Fayumi.

                Ketua organisasi guru tertua di Indonesia itu menuturkan bahwa problematika di dunia pendidikan saat ini sangat kompleks, utmanya menyangkut eksistensi pendidik (guru). Sebagai contoh ada tindakan guru yang niatnya baik untuk kepentingan anak didik, akan tetapi justru dilaporkan oleh orang tua ke pihak berwajib, kemudian guru tersebut ditangkap terang ketua PB PGRI.  Selain itu kondisi siswa  saat ini sangat heterogen, sementara guru juga sudah berupaya melakukan yang terbaik akan tetapi masih ada saja persoalan, urai Sulistyo. Oleh karenanya lanjut orang nomor satu di PB PGRI itu, PB PGRI mengundang Ketua KPAI, Ibu Badriyah Fayumi untuk memberikan masukan agar guru tidak enggan dalam mendidik karakter anak. Banyak guru enggan mendidik karakter anak, karena ada kekawatiran menyalahi Undang – Undang imbuh Sulistyo.

                Merespon yang disampaikan Ketua PB PGRI, Ketua KPAI Badriyah Fayumi mengungkapkan bahwa apa yang disampaikan PB PGRI juga menjadi keprihatinan KPAI. Badriyah Fayumi yang baru saja menerima penghargaan Perempuan……………. Dari Kementerian Agama itu, menegaskan jika  di fihak guru ada mis persepsi, sesunggunya di kami juga ada, jelasnya. Sebagai contoh adanya persepsi seakan-akan KPAI melindungi anak-anak nakal, nah ini kan persepsi yang juga harus diluruskan, terang Ketua KPAI. Mengapa demikian…. karena KPAI melindungi seluruh anak-anak Indonesia,  tegasnya. Hal tersebut, lanjut mbak Bad, begitu panggilan akrab Ketua KPAI asal Rembang Jawa Tengah itu, disebabkan karena adanya sosialisasi yang beleum tuntas. Selain itu timbulnya persoalan anak yang besar diluar sekolah, berdasarkan hasil penelitian KPAI, salah satunya disebabkan kurang hadirnya guru dalam menyelasaikan persoalan anak didik, tutur pengasuh salah satu majalah ternama di Indonesia tersebut. Seperti kasus SMPN 4 Jakarta, ungkap Badriyah mencotohkan.

                Dalam kesempatan itu Ketua KPAI mengegaskan “ kita dalam satu keprihatinan yang sama dan keinginan yang sama, bagaimana agar sistem pendidikan kita bisa menjadi bagian pembangunan karakter, diamana anak menjadi subjek dari pendidikan”,. KPAI sudah mendorong  konsep Sekolah  Ramah Anak (SRA), kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang sekaligus sebagai laporan presiden, tuturnya. Prinsip Sekolah Ramah Anak, mengintegrasikan prinsip – prinsip pendidikan dengan prinsip – prinsip Perlindungan Anak, tambah Ketua KPAI dihadapan pengusus PB PGRI. Ketika prinsip perlindungan anak bisa diintegrasikan dengan prinsip-prinsip pendidikan, Insya Allah tidak akan terjadi lagi konflik dan tujuan nasional pendidikan akan tercapai, harap Badriyah. Bapak / Ibu Guru memerlukan informasi terkait dengan perkembangan yang terjadi, agar tidak terjadi masalah, sarannya. Tidak hanya itu,  ketua KPAI juga mengingatkan perlunya mekanisme agar sebisa mungkin persoalan pendidikan  bisa diselesaikan secara otomotis oleh Sekolah, kecuali persoalan yang menyangkut kekerasan seksual.

                 Acara sharing KPAI – PB PGRI itu tampak lebih dinamis pada saat sesi diskusi, terlebih menyikapi kasus Majelengka terkait kasus guru yang “menggunting” rambut siswa yang kemudian dilaporkan ke Polisi dan  hingga kasusnya belum tuntas. Bahkan ada salah satu pengurus yang agak emosi, saat merespon pernyataan ketua Komnas Perlindungan Anak, yang dianggapnya KPAI, namun suasana dinamis itu berubah menjadi sangat proaktif setelah mendapat penjelasan dari Ketua KPAI, bagaimana KPAI menyikapi kasus Majalengka, baghaimana tugas dan fungsi KPAI sebagai lembaga Negara independent dan penjelasan tentang perbedaan antara KPAI, Komnas PA dan Satgas PA. Usai  penjelasan dari Ketua KPAI, Ketua PB PGRI menyampaikan harapannya agar MoU KPAI-PB PGRI bisa ditindak lanjuti. Gayung bersambut, menurut  Ketua KPAI pasca pertemuan tersebut akan ditindaklanjuti dengan FGD pada awal 2014 bertempat di KPAI. Acara pertemuan ditutup dengan ditandai penyerahan Cindera Mata oleh Ketua PB PGRI kepada Ketua KPAI, sementara itu KPAI menyerahkan Panduan Sekolah ramah Anak kepada ketua Umum PB PGRI. Kita yaqin jika komunikasi dan kerja sama antara KPAI – PB PGRI tetap terjalin dengan maksimal, problematika pendidikan lambat laun dapat diminimalisir dan mimpi mewujudkan Sekolah Ramah Anak di Indonesia akan terwujud, SEMOGA. (WMK).

Exit mobile version