Rehabilitasi Anak SD Korban Penikaman Perlu Didahulukan

JAKARTA – Anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang menjadi korban penikaman di Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur mengalami kesulitan untuk kembali beraktivitas seperti sedia kala, karena mereka terluka dan trauma berat akibat ditikam orang tidak dikenal. Di samping itu, anak-anak lain yang menyaksikan teman-temannya dilukai biasanya juga merasa ketakutan.

Beranjak dari hal tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendahulukan rehabilitasi terhadap anak-anak SD tersebut.

“Salah satu hak anak adalah mereka berhak mendapatkan keamanan dan dijauhkan dari rasa takut. Ini sesuai dengan UU Perlindungan Anak,” kata Ketua Divisi Pengawasan KPAI, Maria Advianti di Jakarta, Rabu (14/12).

Berdasarkan laporan mitra KPAI di NTT, ungkapnya, saat ini ada kerisauan para orang tua korban. Mereka marah karena trauma anak mereka akibat insiden ini. “Bisa dibilang, saat ini kuncinya adalah anak-anak. Jika anak-anak bisa segera pulih dari trauma, maka kemarahan orangtua akan berkurang,” ujar wanita yang akrab disapa Vivi.

Dengan adanya trauma healing, maka kondisi anak diharapkan akan membaik dan berangsur pulih. KPAI telah melakukan koordinasi dengan para stake holder agar masalah ini bisa tuntas dan tidak melebar. “Kami berharap polisi bisa mengungkap alasan penikaman, dan menangkap kemungkinan adanya pelaku lain,” harapnya.

Sebelumnya, tujuh siswa SD ditikam saat mereka berada di SD Negeri Sabu Barat, NTT. Mereka mendapatkan luka di leher dan segera dirawat di Puskesmas setempat. Pelaku tewas setelah dihakimi massa meski sudah masuk ke tahanan Polsek Sabu Barat.

Exit mobile version