Jakarta – Kasus bullying di sekolah akhir-akhir ini semakin meningkat. Peran aktif siswa melalui kelompok-kelompok anti bullying yang dibentuk sangat penting untuk dapat mensosialisasikan dampak bullying terhadap korban serta mengajak siswa lain berani melaporkan tindak bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
Hal tersebut selaras dengan salah satu ciri Sekolah Ramah Anak (SRA) yakni keterlibatan siswa dalam penciptaan lingkungan sekolah. Dimana para siswa dilibatkan untuk menciptkan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman.
Oleh karena itu, Anggota KPAI Margaret Aliyatul Maimunah mengingatkan agar kampanye positif terus dilakukan dengan berbagai inovasi untuk menumbuhkan semangat stop bullying, hal tersebut menjadi bagian penting dalam menangani kasus-kasus perundungan. Jika perlu sekolah dapat membentuk kelompok anti bullyingtegas Margaret saat menerima kunjungan 30 siswa SMAN 108 Jakarta, beserta 4 guru pendamping di Ruang Rapat Kantor KPAI, Rabu (12/10/2022).
Agenda kunjungan ini merupakan pengerjaan tugas sekolah Project Profile Pancasila yang bertujuan untuk mendalami isu-isu seputar perundungan di lingkungan sekolah, ungkap Arief Rachman selaku guru pendamping SMAN 108 Jakarta.
Kasus bullying saat ini tidak hanya terjadi secara langsung, melainkan dapat terjadi pada dunia maya yang dikenal sebagai cyber bullying. Tentunya perilaku tersebut akan berdampak pada psikologis korban.
“Dampak bullying tentu mempengaruhi psikologis dan kesehatan mental anak, serta yang dikhawatirkan akan terjadi penurunan motivasi belajar serta kepercayaan diri,” tutup Margaret.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, para siswa berkunjung ke ruang Pusat Data dan Informasi KPAI. Mereka mendapat penjelasan mengenai berbagai bentuk perlindungan anak, sekaligus tren-fenomena data kasus kekerasan yang terjadi pada anak Indonesia. (Rv/Ed:Kn)