JAKARTA — Situs porno kerap muncul tiba – tiba di saat anak sedang asyik mengakses situs pengetahuan. Hal ini mengalihkan konsentrasi anak. Seharusnya mereka fokus mendalami pengetahuan, namun karena situs porno muncul, mereka akhirnya berselancar di lautan pornografi.
“Ini terjadi,” jelas Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Ni’am Sholeh, saat dihubungi, Jumat (7/3). Anak – anak pada hakikatnya tidak sengaja mengakses situs porno. Mereka murni tidak tahu itu, namun perilaku industri pornografi merusak mereka. Anak dibuatnya menjadi pecandu pornografi. Masa depan mereka menjadi rusak karena hal ini. Sementara industri pornografi meraih keuntungan.
Asrorun Ni’am menjelaskan, berdasarkan survei Yayasan Kita dan Buah Hati, lebih dari 80 persen anak – anak di Jabodetabek mengakses situs porno tanpa disengaja. Sejumlah 20 persen lainnya ada yang tidak tahu. Hanya sebagian kecil yang disengaja.
Hal ini menandakan ada kelalaian dari orang tua, lingkungan, dan regulator. Lembaga eksekutif selaku penyelenggara negara membiarkan hal ini terjadi. Akhirnya generasi muda bangsa dirugikan. Mereka seperti dipaksa untuk mengakses pornografi.
Menurutnya, pemerintah selaku regulator perlu mengambil tindakan. Harus ada evaluasi berkaitan dengan infrastruktur internet. Pemblokiran situs porno memang sudah dilakukan pemerintah, namun harus ada upaya lain yang lebih masif dalam memberangus situs yang mengancam perkembangan penerus bangsa ini.
