Menggali Informasi Pikiran Bawah Sadar Anak yang Kecanduan Bermain Game!

anak4Artikel ini dibuat untuk sekedar berbagai pengalaman yang saya punya kepada para pembaca kompasiana, kemarin ketika liburan kuliah, saya menyempatkan diri untuk berlibur di kampung halaman ayah saya di Mojokerto, Jawa Timur. Singkat cerita, ada salah seorang saudara saya yang memiliki masalah dengan anaknya yang sangat kecanduan sekali bermain game. Setiap hari sepulang sekolah yang dicari langsung klo ga laptop, komputer, PS, atau smartphone milik orangtuanya untuk bermain game.

Sampai-sampai si anak rela menabung dari uang jajannya yang seharusnya diperuntukkan untuk makan di sekolah dan transportasi itu diirit-irit untuk beli kaset game PS atau PC komputer yang terbaru setiap minggunya. Si anak masih SMP kelas 3, memang anak tersebut dari sisi nilai akademis tidak memiliki masalah karena nilainya bagus semua. Tetapi dilain hal sang anak jadi kurang bersosialisasi dengan lingkungannya, dan cenderung menjadi acuh dengan kondisi di sekitarnya. Sang ibu hingga berkata kepada saya “Seandainya rumah tetangganya kebakaranpun pasti dia tetep main game, udah klo main game sampe lupa waktu, lupa ada orang disekitarnya, lupa belajar juga terkadang.”

Oleh karena itu, saudara saya meminta bantuan kepada saya untuk memhipnoterapi sang anak agar terlepas dari kecanduan bermain game. Ketika saya coba untuk menggali informasi yang ada di dalam pikiran sang anak, saya menemukkan bahwa sang anak menginginkan untuk mengikuti suatu program pertukaran pelajar ke luarnegri dari sekolahnya. Ide tersebut pernah sang anak utarakan kepada keduaorangtuanya tetepi orangtuanya tidak mengizinkan karena biaya untuk pertukaran pelajar tersebut mahal bagi mereka.

Tidak sampai di sana, saya menggali informasi yang ada di pikiran bawah sadarnya, saya mendapatkan hal yang lain alasan yang lebih mendasar dan kuat kenapa sang anak terus bermain game, ternyata bukan karena sang anak menginginkan untuk mengikuti program pertukaran pelajar tadi, tetapi sang anak hanya menginginkan untuk pergi jalan-jalan berlibur bersama keluarganya. Kadang orangtua memiliki target suatu pencapaian nilai tertentu ketika sang anak sedang ujian, dan target tersebut bertujuan agar menjaga prestasi sang anak di sekolahnya. Namun, sebagian orangtua lupa memberikan suatu hadiah atas apa yang sudah anak tadi lakukan jika memang apa yang ditargetkan sudah tercapai. Nah inilah yang menjadi ‘penyakit’ di pikiran bawah sadar sang anak, akhirnya sang anak melapiaskan emosinya dengan bermain game untuk mencari kesenangannya.

Sehingga saya memberikan solusi kepada orangtua si anak yang sudah mengetahui akar dari permasalahan kenapa sang anak kecanduan sekali bermain game, agar mengajak sang anak untuk jalan-jalan atau berlibur minggu ini atau secepatnya. Sehingga sang anak merasa usahanya untuk belajar dan mendapatkan nilai yang sesuai target dari orangtuanya diapresiasikan oleh orangtuanya dengan suatu hadiah liburan. Liburan memang hal yang efektif untuk meningkatkan hubungan keharmonisan sesama keluarga. Tentunya setiap anak yang kecanduan game memiliki alasan tersendiri yang berbeda-beda setiap individunya, walau demikian semoga para orangtua yang membaca tulisan saya ini bisa mendapatkan suatu pembelajaran yang bermanfaat.

Dua minggu setelah proses hipnoterapi yang saya lakukan, kini sang anak sudah bisa membatasi dirinya sendiri kapan waktu untuk bermain game, kapan waktu untuk belajar, kapan waktu untuk ibadah, dll. Progresitas ini tentunya agar bertahan lama butuh dukungan dari orangtua, keluarga, teman, masyarakat, lingkungan sekitar, bahkan media massa yang memiliki pengaruh terhadap proses pembentukkan pola berpikir sang anak. Jika ada dari pembaca artikel ini yang memiliki masalah yang sama. Bisa kita saling berdiskusi melalui twitter saya di www.twitter.com/dedeobi atau di facebook saya di Robi Erwin Setiawan. Akhir kata jika ada salah kata, salah ucap dari tulisan yang saya buat ini, saya mohon maaf atas segala kekurangannya, dan semua kelebihan yang ada hanya milik Allah SWT. Sukses terus untuk pembaca kompasiana.

Exit mobile version