KPAI Berharap RS Tolak Dera-Dara Ditindak Tegas

Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bereaksi keras atas tragedi yang menimpa bayi Dera dan Dara. KPAI berharap Dinas Kesehatan DKI Jakarta menindak tegas delapan rumah sakit (RS) yang menolak merawat bayi kembar tersebut. Elias, sang ayah kedua bayi, mengaku terpukul atas tragedi yang menimpa dua bayinya itu.

Betapa tidak, salah satu bayinya yang bernama Dera Nur Anggraini meninggal setelah delapan rumah sakit menolak merawatnya. Empat RS beralasan fasilitas yang dibutuhkan Dera, Neonatal Intensive Care Unit (NICU), penuh.

Sedangkan empat lainnya mengaku tak memiliki fasilitas tersebut. Dera dan Dara lahir dalam kondisi prematur pada 11 Februari 2013 di Rumah Sakit Zahira, Jakarta. Keduanya mengalami masalah kerongkongan. Sehingga, keduanya membutuhkan perawatan denga menggunakan fasilitas NICU. Tapi apa daya, Dera meninggal sebelum mendapat pelayanan tersebut. Sedangkan Dara lebih beruntung. Ia mendapat pelayanan dengan fasilitas NICU di Rumah Sakit Tarakan, Jakarta. Kondisi Dara pun dikabarkan membaik.

Kepada KPAI, Elias mengaku Rumah Sakit Zahira merujuk kedua buah hatinya ke rumah sakit besar yang memiliki peralatan lengkap. Namun syaratnya mereka harus menyiapkan biaya Rp10 juta sebagai uang muka.

Syarat itulah yang membuat Elias dan istrinya, Lisa, patah arang. Meski demikian, Elias tetap berusaha. Berbekal kartu jaminan kesehatan bagi warga miskin, Elias mendatangi sejumlah rumah sakit. Satu di antaranya Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Usaha Elias sia-sia karena pihak rumah sakit mengaku fasilitas itu tengah penuh. Akhirnya, Dera pun meninggal tanpa sempat mendapat pertolongan medis. KPAI menilai masih ada kendala bagi warga miskin yang tak memiliki biaya untuk mendapat jaminan kesehatan di Jakarta.

KPAI berharap Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan tindakan tegas agar kejadian serupa tak lagi terulang. Dera dan Dara merupakan satu contoh potret buram dunia kesehatan di Indonesia. Seolah-olah, orang miskin dilarang sakit.

KPAI pun berharap tragedi itu menjadikan rumah sakit lebih bijaksana memberikan pelayanan medis tanpa mempedulikan status pasien.(Rrn)

Exit mobile version