Kekerasan, Kasih Sayang, dan Kebangsaan

Kekerasan orang tua terhadap anak tergambar dalam kisah kematian CKO (1,5 tahun). CKO meregang nyawa oleh tangan orang tuanya sendiri S (27 tahun).

S menganiaya CKO hingga mengalami luka. CKO pun di ra wat hingga 16 hari dan meninggal dunia di RSUD Karawang, Jawa Barat pada Minggu, 25 Maret 2018. Kematian CKO seakan menambah deret panjang jumlah korban meninggal akibat ke kerasan. Hingga Mei 2018, Komisi Perlindungan Anak Indone sia (KPAI) mencatat seti daknya ada 32 kasus anak mengalami kekerasan dari meng – alami kekerasan fisik, dipukul berulang, disekap, disuluti ro – kok, ditanam hidup-hidup, hingga diracun. Sebaran kasus ini pun merata, tidak hanya di sekitaran Jakarta, dari ujung barat Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi dan Papua.

Kekerasan yang berulang ini semakin menyesakkan dada, karena dilakukan oleh orang yang seharusnya membe ri kan kasih sayang. Orang tua, selayaknya memberikan perhatian dan limpahan kasih sayang kepada anak, bukan malah sebaliknya melakukan kekerasan. Dalam kasus S, ia berada dalam tekanan beban hidup. Beban hidup inilah yang ke mudian membuatnya gelap mata. S melampiaskan ketidak ma m – pu an mengelola hidup dengan tindak kekerasan terhadap anak. Tindakan itu tentu tidak dapat dibenarkan. Beban hi – dup bukanlah alasan untuk me la kukan kekerasan ter – hadap anak.

Beban hidup adalah ma salah orang tua. Sudah sela yak nya orang tua menye le sai kan nya dengan bijak. Anak bu kan lah tempat pelampiasan keke sal an. Anak adalah makhluk man diri yang kelahirannya ada lah anugerah. Saat anu ge rah ini kemudian tidak dirawat maka akan ada masalah untuk tidak me – nyebut petaka. Petaka masa depan karena bangsa Indonesia akan kehi – lang an generasi muda. Hal itu karena banyak anak meng – alami kekerasan oleh orang tua nya sendiri. Kondisi itu perlu ditangani dengan segera. Harus ada upa – ya sistematis dan terencana agar anak Indonesia terse la mat kan dari ke – ke ras an. Perta nya an – nya adalah ba ga i ma na mengupayakan anak terse la mat kan dari ke – kerasan?

Perlindungan Anak

Pasal 3 UU RI No – mor 23 Ta hun 2002 tentang Perlin dung an Anak menyebutkan per lin dungan anak bertujuan untuk men – jamin ter pe nuhi nya hak-hak anak agar da – pat hidup, tum buh, ber kembang, dan ber – partisipasi secara opti – mal sesuai de ngan har – kat dan mar tabat ke – ma nusiaan, serta men d a pat per lin dung – an dari ke ke ras an dan dis kri mi nasi, demi ter – wu jud nya anak Indo – ne sia yang berkualitas, ber – akhlak mu lia, dan sejahtera. Pasal tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa anak Indo nesia perlu mendapatkan per lindungan untuk men ja – min kualitas kebangsaan.

Saat anak Indonesia mendapat per – lin dungan dengan penuh kasih sayang, ia akan menjadi ge ne – rasi hebat. Sebaliknya, saat me – reka terpapar oleh kekerasan maka ia akan bermasalah di ke – mudian hari. Anak hidup da – lam tekanan dan persoalan masa lalu, yang meng aki bat – kan terganggunya tumbuh kem bang. Lebih dari itu, anak akan mengalami kesulitan un – tuk berkompetisi di dunia global. Oleh karena itu, orang tua perlu kembali menjadi pe nang – gung jawab utama peng asuh – an. Pada prinsipnya, anak me – miliki hak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri.

Sesibuk apa pun orang tua dan sesulit apa pun kondisinya, peran, dan tanggung jawab sebagai orang tua tidak lepas. Tidak pernah ada mantan anak dan mantan orang tua. Tanggung jawab menjadi orang tua perlu disikapi dengan belajar memahami situasi anak. Anak dengan rentang usia berbeda memiliki fase tum buh kembang yang ber be – da. Harapan berlebihan ter ha – dap kondisi anak tidak seha – rus nya dilekatkan orang tua ke pada anak. Hal ini sering kali men jadi pemicu emosi orang tua yang menganggap anaknya “bandel, bodoh, nakal, dan ti – dak bisa diatur”. Padahal, se sungguhnya anak se – dang be lajar menjalani hi – dup dengan sentuhan peng asuhan orang tua. Orang tua selayaknya kem bali menengok tugas ke ma nu sia annya, yaitu ber laku lemah lem but dan kasih sayang kepa da anak-anak nya. Kasih sa – yang orang tualah yang se lalu di ingat oleh anak.

Kepedulian

Saat orang tua mam pu meng anggap anak se bagai mitra dan pe nye mangat hidup, maka ka sih sayang akan me ngalir dengan deras. Ka sih sa yang akan mewujud da lam ko mu – nikasi verbal mau pun non verbal. Da lam ko mu – nikasi ver bal, orang tua akan men jadi sosok yang meng ayomi dengan ba – hasa mem bim bing dan men didik. Dalam ko mu nikasi non verbal, ia layak nya seorang di rigen yang meng har mo ni kan nada (langkah) anak. Memahami bahwa anak tidak hanya memiliki kebu tuhan fisik, tetapi juga rohani.

Kasih sayang itu perlu men jadi agenda keumatan orang tua pada zaman disruption . Orang tua perlu menoleh kembali kesejatiannya se bagai “orang tua”. Orang tua perlu menga – sah kepedulian kepada anak. Kepedulian adalah kata kunci penting dalam mengurai ke ke – rasan terhadap anak. Kepe du – lianlah yang akan menyela mat – kan masa depan bangsa. Mari peduli terhadap masa depan bangsa dengan jalan kasih sayang.

Rita Pranawati
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dosen FISIP UHAMKA

Exit mobile version