KPAI Panggil Pihak SMAN 4

JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan dugaan pelanggaran hak anak seorang pelajar yang bersekolah di SMAN 4 Bandung berinisial DPR. DPR melapor karena mendapat nilai nol pada mata pelajaran matematika yang tercantum dalam rapor kenaikan kelas.

“Saat ini, KPAI masih menerima dulu laporan pengaduan dari masyarakat terkait adanya dugaan hak anak yang terlanggar sehingga tidak bisa naik kelas,” kata Komisioner KPAI Erlinda.

KPAI, ia melanjutkan, segera meminta klarifikasi dari berbagai pihak, seperti Dinas Pendidikan Bandung serta sekolah yang dilaporkan. Ia berujar, KPAI juga telah menerima masukan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) atas kasus tersebut. Erlinda berujar, setelah semua keterangan lengkap, KPAI akan melihat sejauh mana persoalan itu bisa diadvokasi.

Saat ini, ia melanjutkan, KPAI sudah mengirimkan surat panggilan kepada pihak-pihak terlapor untuk mengklarifikasi laporan DPR.

“Pasti kita sesuai fakta yang ada, berkoordinasi dengan pihak terkait. Pasti sesuai dengan koridor UU yang berlaku serta peraturan dari permendikbud sendiri,” tutur Erlinda.

Ia mengatakan, apabila terjadi pelanggaran hak anak, KPAI akan komunikasikan dengan pihak-pihak terkait, termasuk apakah KPAI bisa menyelamatkan lagi DPR.

Sementara itu, ayah DPR, Danny Daud Setiana, mengatakan, anaknya sudah menduga tidak akan naik kelas. Karena, guru matematika Puspita pernah mengancam tidak akan memberikan nilai pada rapornya Puspita.

Danny mengatakan, dugaan tersebut berawal ketika si guru bertanya kepada Puspita perihal permasalahannya dengan guru bahasa Indonesia. “Kamu ada masalah apa dengan guru bahasa Indonesia? Murid nggak akan pernah menang melawan guru. Kamu nggak akan saya kasih nilai,” ujar Danny menirukan cerita dari Puspita.

Permasalahan dengan guru bahasa Indonesia sendiri bermula ketika Puspita tidak masuk sekolah karena sakit selama dua pekan serta sempat izin tidak mengikuti pelajaran selama empat hari karena harus ikut pelatihan Olimpiade Biologi. Dari situ, guru bahasa Indonesia memarahi Puspita dan menuding bahwa Puspita lebih mementingkan pelajaran biologi dibandingkan bahasa Indonesia. “Anak saya shock saat pulang ke rumah. Saya pikir itu hal biasa, tapi ternyata guru tersebut malah memengaruhi guru lain. Saya tahu seorang guru berhak memberikan nilai ke muridnya, tapi ada hal yang mereka langgar kalau sampai memberi nilai 0,” kata Danny menjelaskan.

Usai kejadian tersebut, ada proses mediasi dan Puspita pun bersekolah seperti biasa. Namun, setelah itu Puspita kembali tidak masuk sekolah karena sakit. Orang tua Puspita melarangnya berangkat ke sekolah melihat kondisinya yang lemah. Selain didiagnosis astigmat miop compositus ODS dan sikatrik kornea ODS, Puspita juga menderita penyakit bronkitis. Meski begitu, siswi kelas X ini berkeras berangkat ke sekolah. Di tengah jalan, Puspita sempat pingsan dan terjatuh dari motor. Akhirnya, dia terpaksa tidak masuk sekolah.

“Guru bahasa Indonesia marah. Dia bertanya, ‘sengaja ya?’. Padahal, anak saya sudah berjuang meski sakit. Alasan itu nggak diterima oleh guru bahasa Indonesia,” ujarnya. Padahal, kata Danny, guru-guru lain bisa menerima kondisi Puspita.

Puspita sendiri dinyatakan tidak naik kelas pada Juni 2016. Dia mulai sakit pada awal Februari 2016 dan mengikuti Olimpiade Biologi saat akhir Februari 2016.

Saat ini, Puspita pindah ke SMA Islam Terpadu Miftahul Khoir dan terpaksa mengulang dari kelas X.

Pihak SMAN 4 Bandung membantah tudingan itu. Kepala Sekolah SMAN 4 Bandung, Dadang Yani, mengatakan, siswi tersebut tidak naik bukan karena mendapat nilai nol pada matematika. Namun, dia memperoleh empat nilai di empat pelajaran di bawah standar. “Jadi, untuk menentukan tidak naiknya, kami mengumpulkan keempat guru mata pelajaran tersebut,” kata Dadang.

Sedangkan, Wakil Kepala SMAN 4 Bandung, Yudi, menjelaskan, nilai nol adalah konsekuensi membuat rapor berdasarkan IT. Pada bagian halaman rapor itu, pihaknya memiliki rumus tertentu dengan sistem Microsoft excel.

“Nah, karena ada empat mata pelajaran yang belum ada nilainya, ketika menggunakan aplikasi IT ini yang muncul adalah angka nol. Jadi, matematikanya itu bukan nol, tetapi kosong karena guru yang bersangkutan masih memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan,” katanya.

Exit mobile version