Siswi Dapat Nilai Nol dan Tak Naik Kelas Karena Olimpiade, KPAI: Tidak Mendidik!

JAKARTA – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menanggapi perihal siswi SMA di Bandung yang dapat nilai nol dan tak naik kelas. Menurut Wakil Ketua KPAI Budiharjo, seorang guru harusnya tidak boleh memberi hukuman kepada siswa dengan memberi nilai nol.

Apalagi alasan guru tersebut tidak jelas. Budiharjo menekankan seharusnya seorang guru bila memberi hukuman kepada siswanya harus yang mendidik.

“Secara pribadi itu tidak mendidik (memberi nilai nol). Seorang guru seyogyanya melakukan pembinaandan tak melakukan hukuman itu bila siswanya bersalah,” kata Budiharjo.

“Harusnya guru bisa memberikan hukuman yang mendidik. Kalau hukuman itu diterapkan, itukan jadi beban psikis siswinya dan membuat jadi malu dia,” lanjutnya.

Budiharjo menambahkan, bila guru menganggap siswinya tersebut salah, harusnya dipanggil. Dikasih tahu apa salahnya siswi tersebut.

“Kan kalau misal hanya karena nilainya kosong, itu kan bisa ikut ujian ulang. Apalagi siswi tersebut sudah diberi keringanan sekolah karena ikut olimpiade,” ucap Budiharjo.

KPAI menekankan, guru harusnya melakukan pembinaan ke siswi. Bukan melakukan hal-hal yang membuat rendah siswinya.

“Guru harus menempatkan siswa sebagai anak didiknya bukan sebaliknya,” tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, siswi SMA kelas 1 di Bandung bernama Dvijatma Puspita Rahmani jatuh sakit selama 2 minggu. Orang tuanya pun sudah memberikan surat keterangan sakit ke sekolah.

Begitu Puspita masuk sekolah, pihak sekolah menunjuk dirinya untuk mengikuti olimpiade biologi. Demi mendapatkan hasil maksimal, pihak sekolah memberikan dispensasi kepada Puspita untuk tidak belajar di kelas.

Selain itu, sekolah memberi ijin agar setelah selesai olimpiade Puspita dapat mengikuti ujian susulan dan mengumpulkan tugas susulan. Puspita pun kemudian ikut pelatihan olimpiade.

“Ketika Puspita sedang rehat sejenak, ia bertemu dengan guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia itu kemudian menanyakan kenapa Puspita tidak masuk pelajarannya.

Puspita pun memberikan penjelasan kepada sang guru bahwa dirinya sedang mengikuti pelatihan olimpiade. Namun sang guru malah memarahinya.

“Memangnya pelajaran bahasa Indonesia tidak penting? Memang hanya pelajaran biologi saja yang penting?” kata guru bahasa Indonesia seperti dituturkan oleh orang tua Puspita, Danny Daud Setiana.

Rencananya siang ini, pihak keluarga bersama Federasi Guru Independen Indonesia (FGGI) akan mendatangi KPAI. Kedatangan mereka untuk meminta agar KPAI mengusut tuntas soal ini.

Exit mobile version