Waspadai Kanker Sejak Dini

JAKARTA – Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengestimasi 84 juta orang meninggal dunia akibat kanker dalam rentang waktu 2005–2015. Hampir 80% kematian akibat kanker datang dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Seperempat di antaranya, bahkan terjadi sebelum usia 60 tahun.

Di Indonesia, kanker yang diklaim paling banyak membunuh kaum wanita adalah kanker payudara dan serviks. Untuk kaum pria, kanker prostat dan paru, disusul kanker saluran cerna yang juga mulai mengalami peningkatan yang signifikan.

Apa sebenarnya penyakit kanker yang dapat mematikan ini? Kanker merupakan penyakit yang menyebabkan kematian kedua terbesar di Indonesia setelah penyakit jantung. Kanker payudara dan serviks merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh kaum wanita. Untuk kaum pria, kanker paru, Colon vesica urinaria, prostat, dan usus paling banyak diderita. Sementara itu, untuk anak-anak, kanker yang paling banyak diderita adalah kanker darah (leukemia), bola mata (retinoblastoma), otot (rhabdomyosarcoma), dan syaraf (neuroblastoma).

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang juga banyak mengidap penyakit kanker? Peneliti Kanker dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, M. Med. Sc., Ph. D. mengatakan kanker yang terjadi pada anak disebabkan oleh kelainan genetik yang dibawa sejak lahir. Selain itu, karena kandungan zat berbahaya bagi kesehatan yang dapat memicu munculnya kanker. Anak-anak berhak memperoleh lingkungan yang sehat dan bersih, terutama dari polusi dan asap rokok.

Di samping metode pemeriksaan yang sudah ada, adanya alat deteksi kanker bertujuan untuk menumbuhkan sikap peduli masyarakat terhadap penyakit kanker. Dengan dukungan kemajuan teknologi, diharapkan penyakit kanker yang diderita oleh seseorang dapat diketahui pada stadium awal. Oleh karena itu, penyakit mematikan ini dapat terdeteksi sedini mungkin. Biasanya, penderita baru memeriksa penyakit kanker ketika sudah berada pada stadium lanjut. Kanker ini dapat disembuhkan secara total apabila diketahui sejak awal. Jadi, jangan tunda pemeriksaan untuk mengetahui secara dini.

Dalam siaran persnya, Minggu (19/02.2017), Prof Sofia menjelaskan kanker berkembang dari satu sel tunggal yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara faktor genetik seseorang dan tiga faktor eksternal. Tiga faktor eksternal tersebut dapat dikategorikan sebagai karsinogen fisik, radiasi ultraviolet, dan proses ionisasi. Karsinogen merupakan istilah yang digunakan untuk zat berbahaya yang berpotensi dapat menimbulkan kanker.

Langkah terbaik yang harus dilakukan adalah menghindari faktor-faktor yang dapat memicu kanker. Dengan demikian, kemungkinan terserang penyakit ini dapat diminimalisasi. Jika sudah mengidap kanker, pengobatan dan tata laksana yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

Anak-anak

Setiap tahun, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sekitar 4.100 kasus kanker baru dengan penderita anak-anak Indonesia. Penyakit mematikan ini, menurut komisioner KPAI, Susanto, rentan menyerang anak-anak usia sekolah. Indonesia termasuk negara dengan kasus kanker tinggi yang diderita anak-anak.

Data WHO menyebutkan jumlah penderita kanker di dunia saat ini sebanyak 14,1 juta orang. Empat persennya merupakan penderita kanker berusia muda atau anak-anak. Jumlah orang yang meninggal karena kanker mencapai 8,2 juta. Statistik yang mengerikan ini harus diwaspadai. KPAI mengimbau kepada para orang tua agar lebih ketat dalam mengawasi makanan dan lingkungan anak-anak mereka. Jajanan dan lingkungan yang tidak sehat, baik di sekolah maupun di rumah dapat memicu kanker pada anak.

Penyakit kanker membunuh lebih banyak orang daripada AIDS, malaria, dan tuberkulosis, bahkan bila ketiganya digabungkan. Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI menyebutkan jumlah populasi yang menderita tumor atau kanker ini sekitar 6% dari jumlah total penduduk. Jumlah pasien kanker akan meningkat drastis apabila kita tidak berbuat apa pun untuk melakukan upaya pencegahan.

 

Exit mobile version